Hukum Kirchoff
(LM3)
|
Desy Novitasari., M. Hifni Fansi., Abidatul
Khairiyah., Rivca Anissa., Ramona Ariani., Sabrina Nur Caesari.
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ipa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat Jl. Brigjend Hasan Basri Komplek Kayu Tangi Dua Jalur Utama Kost Diana, Banjarmasin 70124 Indonesia e-mail: desy.sarinovita@gmail.com |
Abstrak—Percobaan hukum
Kirchoff bertujuan untuk menjelaskan perbedaan kuat arus listrik pada rangkaian
seri dan paralel. metode yang digunakan mengukur kuat arus pada resistor (27W;39W;47W) dengan tegangan yang berbeda. Pada rangkaian seri menggunakan satu
baterai telah diperoleh nilai {(8,0±0,5)10-3A ¹ (10,0±0,5)10-3A = (10,0±0,5)10-3A = (10,0±0,5)10-3A},
belum sesuai teori bahwa (I1=I2=I3=I4). Menggunakan dua dan tiga baterai sessuai dengan teori nilai (I1=I2=I3=I4) yaitu (18,0±0,5)10-3A
dan (30,0±0,5)10-3A. Pada rangkaian paralel masih belum sesuai teori
bahwa (I1=I5= I2+I3+I4) yaitu {(58,0±0,5)10-3A=(58,0±0,5)10-3A¹(16,0±0,5)10-3A+(18,0±0,5)10-3 A+(14,0±0,5)10-3A};
{(14,0±0,5)10-2A = (14,0±0,5)10-2A ¹ (46,0±0,5)10-3A+(58,0±0,5)10-3A+(40,0±0,5)10-3A};
{(16,0±0,5)10-2A ¹ (18,0±0,5)10-2A
¹ (70,0±0,5)10-3A + (46,0±0,5)10-3 + (48,0±0,5)10-3A}.
Percobaan yang belum sesuai teoritis tersebut terjadi karena ketidaktelitian
saat praktikum.
Kata Kunci—Hukum Kirchoff, kuat arus, resistor, seri, paralel.
I.
PENDAHULUAN
D
|
alam kehidupan sehari-hari,
kadang kita harus memasang lampu-lampu secara seri, tetapi dalam keadaan
yang lain kita harus memasang lampu secara paralel. Kuat arus listrik dalam
suatu rangkaian tak bercabang, besarnya selalu sama. Lampu-lampu di rumah kita
pada umumnya terpasang secara paralel. Pada kenyataannya rangkaian listrik
biasanya terdiri banyak hubungan sehingga akan terdapat banyak cabang maupun
titik simpul. Titik simpul adalah titik pertemuan dua cabang atau
lebih.Penyelesaian dalam masalah rangkaian listrik yang terdapat banyak cabang
atau simpul itu digunakan Hukum I dan II Kirchhoff. Hukum Kirchoff adalah suatu peraturan atau hukum yang mengatur
tentang jalanya arus dan jumlah tegangan
dalam suatu rangkaian arus listrik yang mempunyai lebih dari satu sumber gaya
gerak listrik yang berbeda kekuatannya. jadi intinya hukum kirchoff ini mengatur
jumlah arus dan tegangan yang masuk dan yang keluar.
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat
diambil suatu rumusan masalah yaitu “bagaimana perbedaan kuat arus listrik pada
rangkaian seri dan rangkaian paralel ?”
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah
menjelaskan perbedaan kuat arus listrik
pada rangkaian seri dan rangkaian paralel.
II.
KAJIAN TEORI
Teori yang membentangi tiap
elemen dan arus yang mengalir melalui tiap elemen dalam sebuah rangkaian
listrik diatur oleh kedua hukum Kirchoff. Secara historis, Gustav Robert
Kirchoff (1824-1887) dalam membuat analissinya tentang hukum terseut, dengan
cermat mengikuti Faraday dalam memaparkan induksi listrik, Oersted dalam
menghubungkan gaya dengan arus listrik, dan Ohm dalam mengaitkan tegangan dan
arus.
a.
Hukum I Kirchoff
Hukum pertama ini
disebut juga dengan Hukum Arus Kirchoff yang berbunyi “jumlah arus yang menuju
titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang meninggalkan titik
percabangan tersebut. Artinya jumlah kuat arus pada semua cabang yang bertemu
pada satu titiksama dengan nol.
Hukum ini adalah
konsekuensi dari hukum kekekalan muatan. Muatan yang masuk kesebuah simpul
harus meninggalkan simpul tersebut karena muatan tisak dapat terakumulasi pada
sebuah simpul.
Secara matematis
Hukum I Kirchoff dapat dituliskan sebagai berikut :

Pada gambar 1.
Arus I1, I2, dan I3 menuju titik cabang A,
sedangkan arus I4 dan I5 meninggalkan titik cabang A.

Gambar 1. Arus-arus pada titik

b.
Hukum II Kirchoff
Hukum ini disebut juga
Hukum tegangan Kirchoff yang berbunyi : “jumlah tegangan yang mengelilingi
lintasan tertutup sama dengan nol.” Hukum ini merupakan konsekuensi kekekalan
energi dan sufat konservatif rangkaian
listrik. Hukum tegangan Kirchoff dapat diterpkan pada rangkaian dengan beberapa
cara yang berbeda. Sebuah metoder yang memberikan sedikit kesalahan penulisan
persamaan dibandingkan lainya, terdiri dari gerakkan sekeliling rangkaian
tertutup menurut arah jarum jam dan menulis langsung tegangan setiap elemen
yang terminal(+)nya dijumpai dan menulis negatif bagi setiap tegangan yang
pertama dijumpai tanda (-).
Secara matematis
hukum tegangan Kirchoff dapat dituliskan sebagai berikut :[1]

Hukum Kirchoff pada umu mnya banyak digunakan pada rangkaian yang
bercabang-cabang, karena pada rangkaian listri yang bercabang-cabang, karena
pada rangkaian ini hukum Kirchoff sulit diterapkan.
Pada rabgkaian tidak bercabang, pada umumnya besarnya arus listrik
yang mengalir pada setiap titik dalam rangkaian besarnya sama, edangkan pad
rangkaian bercabang maka besarnya arus yang masuk percabangan akan sama dengan
besarnya arus listrik yang keluar dari percabangan, dan disebut Hukum I
Kirchoff.[2]
Jaringan yang komplek dapat
dianalisa dengan menggunakan Hukum Kirchoff. Untuk ini didefinisikan dua
istilah. Suatu titik cabang dalam suatu jaringan adalah tempat bertemunya
beberapa buah konduktor. Sebuah loop adalah suatu jalan konduksi yang tertutup.
Agar lebih jelas perhatikan gambar 2 berikut.

Gambar 2.Rangkaian Untuk Melukiskan Titik Cabang dan
Loop
Pada gambar 2
dilukiskan tiga buah loop. Hukum Kirchoff dapat ditulis sebagai berikut ;
1)
Hukum Titik Cabang : jumlah aljabar arus
yang masuk kedalam suatu titik cabang suatu jaringan adalah nol;
.

2)
Hukum
Loop : jumlah aljabar ggl dalam tiap loop rangkaian sama dengan jumlah aljabar
hasil kali
dalam loop yang sama; 


Nyata
bahwa hukum titik cabang ini tak lain adalah hukum kekekalan muatan, sedangkan
sebagaimana dibahas sebelumnya Hukum
Loop diturunkan dari hukum kekekalan energi untuk tiap loop.[3]
Dalam rangkaian seri ,
kuat arus yang melalui tiap-tiap penghambat adalah sama besarnya. Diketahui
bahwa untuk penghambat-penghambat listrik yang disusun seri, hambatan penggantinya
sama dengan jumlah tiap-tiap penghambat.

Dari persamaan
2.1 dapat disimpulkan bahwa empat prinsip susunan seri penghambat-penghambat
listrik, yaitu susunan seri bertujuan untuk memperbesar hambatan suatu
rangkaian; kuat arus melalui tiap-tiap penghambat sama, yaitu sama dengan kuat
arus melalui pengganti serinya; tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti
seri sama dengan jumlah tegangan pada ujung-ujung tiap penghambat; susunan seri
berfungsi sebagai pembagi ujung-ujung tipa penghambatnya.
Komponen-komponen
listrik disebut disusun paralel jika komponen-komponen tersebut dihubungkan
sedemikian rupa sehingga tegangan pada ujung tiap-tiap komponen sama besarnya.
Diketahui bahwa untuk penghambat-penghambat listrik yang disusun paralel,
kebalikkan hambatan dari tiap-tiap penghambatnya.

Dari persamaan 2.2 tersebut dapat kita ambil empat prinsip susunan
paralel komponen-komponen listrik yaitu susunan paralel bertujuan untuk
memperkecil hambatan suatu rangkaian; tegangan pada ujung-ujung tiap komponen
sama, yaitu sama dengan tegangan-tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti
paralelnya; kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel sama dengan
jumlah kuat arus yang melalui tiap-tiap hambatan; susunan paralel berfungsi
sebagai pembagi arus dimana kuat arus yang melalui tiap-tiap hambatan; susunan
paralel berfungsi sebagai pembagi arus dimana kuat arus yang melalui tiap-tiap
komponen sebanding dengan kebalikkan hambatanya.[4]

Gambar 3. Rangkaian Seri

Gambar 4. Rangkaian Paralel
III. METODE PERCOBAAN
Pada percobaan Hukum Kirchoff
ini diperlukan peralatan seperti tiga buah resistor, tiga buah baterai
beserta tempatnya, sebuah ampermeter, dan kabel penghunbung secukupnya.
Adapun rumusan hipotesis dari percobaan ini yaitu kuat arus listrik pada
rangkaian seri yang melalui tiap-tiap hambatan adalah
sama besarnya. Dan pada rangkaian paralel kuat arus yang melalui hambatan
pengganti paralel sama dengan kuat arus yang melalui tiap-tiap hambatan. Dan
telah ditentukan pula identifikasi dan definisi opersional variabel pada
rangkaian seri dan paralel dalam percobaan ini. Variabel yang dimanipilasi
adalah beda potensial (volt) yaitu dengan mengubah-ubah beda potensial sebesar
1,5 volt, 3 volt, dan 4,5 volt pada masing-masing percobaan. Variabel
kontrolnya adalah resistor, ampermeter, kabel penghubung, dan baterai, yaitu
selama percobaan menggunakan resistor, ampermeter, kabel penghubung, dan
baterai yang sama. Dan variabel yang direspon adalah kuat arus (I), yaitu
mengukur kuat arus pada setiap hambatan menggunakan ampermeter.
Adapun prosedur kerja yang harus dilakukan dlam percobaan kali ini
yaitu menghubungkan tiga resistor sehingga membentuk rangkaian seri seperti
pada gambar 5. Mengukur I1, I2, I3 dan I4
yaitu dengan menghubungkan konektor merah untuk positif dan hitam untuk
negatif.

Gambar 5. Rangkaian Seri.
Mengulangi langkah-langkah sebelumnya sebanyak beberapa kali
sehingga diperoleh beda potensial yang berbeda-beda yaitu dengan menggunakan
jumlah baterai yang lebih banyak dari percobaan sebelumnya. Dan mencatat hasil
percobaan pada tabel 1. Dan untuk percobaan selanjutnya yaitu mengubah
rangkain resisitor menjadi rangkaian paralel
seperti pada gambar 6. Dan melakukan pengukuran yang sama dengan percobaan pada
rangkaian seri yaitu dengan mengukur I1, I2, I3,
I4, dan I5. Seperti pada gambar 6. Dan mencatat hasil
pengukuran pada tabel 2.

Gambar 6. Rangkaian Paralel
Berikut
ini adapun teknik analitik yang dilakukan untuk percobaan Hukum Kirchoff dengan
memperoleh nilai kuat arus dengan persamaan berikut.

∆I = ½
NST ...........(4)
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Percobaan Hukum Kirchoff ini untuk menjelaskan
perbedaan kuat arus listrik pada rangkaian seri dan rangkaian paralel. Telah diperoleh hasil percobaan, yang
diukur menggunakan ampermeter dengan nilai skala terkecil menggunakan batas
ukur 100 mA per jumlah skala 100 sehingga diperoleh nilai skala terkecil 1 mA
yang setara dengan 10-3 ampere. Sehingga ketelitiannya 0,5×10-3
ampere.
Dan menggunakan batas ukur 1 ampere per jumlah skala 100, sehingga nilai
skala terkecilnya 10-2 ampere dan ketelitiannya sebesar 0,5×10-2 ampere.
Pada
rangkaian seri dan paralel dengan menggunakan resistor 27W; 39W; 47W. Telah
diperoleh nilai kuat arus seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Rangkaian Seri
Jumlah
baterai
|
(I1 ± ∆I1) 10-3 A
|
(I2 ± ∆I2) 10-3 A
|
(I3 ± ∆I3) 10-3 A
|
(I4 ± ∆I4) 10-3 A
|
1 (1,5 v)
|
8,0±0,5
|
10,0±0,5
|
10,0±0,5
|
10,0±0,5
|
2 (3 v)
|
18,0±0,5
|
18,0±0,5
|
18,0±0,5
|
18,0±0,5
|
3 (4,5 v)
|
30,0±0,5
|
30,0±0,5
|
30,0±0,5
|
30,0±0,5
|
Tabel 2. Rangkaian Paralel
Jml. baterai
|
(I1±∆I1) 10-3 A
|
(I2±∆I2) 10-3 A
|
(I3±∆I3) 10-3 A
|
(I4±∆I4) 10-3 A
|
(I5±∆I5)
10-3 A
|
1
(1,5 v)
|
58,0
±
0,5
|
16,0
±
0,5
|
18,0
±
0,5
|
14,0
±
0,5
|
58,0
±
0,5
|
2
(3 v)
|
140
±
5
|
46,0
±
0,5
|
58,0
±
0,5
|
40,0
±
0,5
|
140
±
5
|
3
(4,5 v)
|
160
±
5
|
70,0
±
0,5
|
46,0
±
0,5
|
48,0
±
0,5
|
180
±
5
|
Berdasarkan
data hasil percobaan tersebut, dihitung menggunakan persamaan 3 dan 4. Pada tabel 1 rangkaian seri ketika
menggunakan satu buah baterai dengan beda potensial sebesar 1,5 volt telah
diperoleh kuat arus I1 sebesar (8,0±0,5) 10-3
A dengan kesalahan relatif 6,25% sehingga derajat kepercayaannya sebesar
93,75%. Dan pada I2, I3, dan I4, telah diperoleh nilai kuat arus yang sama yaitu
sebesar (10,0±0,5) 10-3 A dengan kesalahan
relatif sebesar 5% sehingga derajat kepercayaan yang diperoleh sebesar 95%.
ketika menggunakan dua buah baterai dengan beda potensial sebesar 3 volt telah
diperoleh nilai kuat arus I1, I2,
I3 dan I4 yang sama yaitu sebesar
(18,0±0,5) 10-3 A dengan kesalahan relatif
2,78% sehingga derajat kepercayaannya sebesar 97,22%. Dan ketika menggunakan 3
tiga buah baterai dengan beda potensial 4,5 volt juga diperoleh I1, I2, I3 dan I4 yang sama yaitu sebesar (30,0±0,5) 10-3 A
dengan kesalahan relatif sebesar 1,67% sehingga derajat kepercayaan yang
diperoleh sebesar 98,33%.
Berdasarkan
hasil tersebut nilai kuat arus I1, I2,
I3 dan I4 pada percobaan menggunakan
satu baterai dengan beda potensial 1,5 volt masih belum sesuai dengan teoritis
bahwa nilai kuat arus I1, I2, I3
dan I4 adalah sama. Khususnya pada I1 saja yang
terdapat perbedaan nilai kuat arus, kemungkinan saat pengukuran pada I1 pengamat tidak teliti
dalam membaca skala yang terukur dan kemungkinan pada saat itu penunjuk skala
pada ampermeter masih belum stabil akibat pengaruh kabel penghubung yang
longgar. Sedangkan pada percobaan menggunakan dua baterai dan tiga baterai,
sudah sesuai teoritis yaitu nilai kuat arus I1,
I2, I3 dan I4 adalah
sama.
Berdasarkan hasil
percobaan pada tabel 2 rangkaian paralel, ketika menggunakan satu buah baterai
dengan beda potensial sebesar 1,5 volt telah diperoleh I1 sama dengan I5 yaitu sebesar (58,0±0,5) 10-3A dengan
kesalahan relatifnya sebesar 0,86% sehingga derajat kepercayaannya sebesar
99,14%. Kuat arus I2 yang terukur adalah sebesar (16,0±0,5) 10-3A dengan kesalahan relatifnya sebesar
3,125% sehingga derajat kepercayaan yang diperoleh adalah sebesar 96,875%, kuat
arus pada I3 adalah sebesar (18,0±0,5) 10-3A dengan kesalahan relatifnya sebesar 2,78% sehingga
derajat kepercyaannya sebesar 97,22%. Dan nilai kuat arus pada I4
adalah sebesar (14,0±0,5) 10-3A
dengan kesalahan relatif sebesar 3,57% sehingga derajat kepercayaannya sebesar
96,43%. Berdasarkan hasil tersebut masih belum sesuai dengan teoritis bahwa
nilai kuat arus pada I1 dan I5 adalah sama dengan jumlah kuat arus I2,
I3, dan I4. Pada hasil
percobaan I1 dan I5 adalah sama kuat arusnya sebesar (58,0±0,5) 10-3A,
sedangkan jika dijumlahkan kuat arus I2,
I3, dan I4 adalah sebesar (48,0±0,5) 10-3A seharusnya nilai tersebut sama. Perbedaan
nilai tersebut kemungkinan dikarenakan ketidaktelitian dalam membaca skala ukur
saat pengukuran I2, I3, dan I4 dan kondisi kabel penghubung yang kurang baik mengakibatkan kerja dari
ampermeter tidak stabil.
Pada percobaan menggunakan dua buah baterai dengan
beda potensial sebesar 3 volt diperoleh nilai I1 dan I5 adalah sama kuat arusnya sebesar (140±5) 10-3A
dengan kesalahan relatif sebesar 3,6% sehingga derajat kepercayaannya sebesar
96,4%. Kuat arus pada I2 adalah sebesar (46,0±0,5) 10-3A dengan kesalahan relatifnya sebesar 1,08%
sehingga derajat kepercayaan yang diperoleh sebesar 98,92%. Dan kuat arus pada
I3 adalah sebesar (58,0±0,5) 10-3A
dengan kesalahan relatif sebesar 0,86% sehingga derajat kepercayaan yang
diperoleh adalah sebesar 99,14%. Sedangakan nilai kuat arus I4
adalah sebesar (40,0±0,5) 10-3A
dengan kesalahan relatifnya sebesar 1,25% sehingga derajat kepercayaan yang
diperoleh adalah sebesar 98,75%. Berdasarkan hasil tersebut juga masih belum
sesuai dengan teoritis pada I1 dan I5 nilai kuat arus memang sama akan tetapi, pada jumlah kuat arus I2, I3, dan I4 masih berbeda yaitu sebesar (146,0±0,5) 10-3A.
Kemungkinan dalam percobaan ini terjadi kesalahan saat pengukuran pada I1 dan I5, dapat
dilihat dari nilai kesalahan relatifnya, dan saat percobaan mengukur I1 dan I5 ini batas ukur yang
digunakan adalah 1 ampere, kemungkinan hal tersebut juga mempengaruhi
ketelitian pengukuran.
Pada percobaan menggunakan tiga buah baterai
dengan beda potensial sebesar 4,5 volt, nilai kuat arus yang terukur pada I1 dan I5 berbeda. Pada I1
sebesar (160±5) 10-3A dengan kesalahan
relatifnya sebesar 3,125% sehingga derajat kepercayaan yang diperoleh sebesar
96,875%. Sedangkan I5 sebesar (180±5)
10-3A dengan kesalahan relatif sebesar 2,78% sehingga derajat
kepercayaan yang diperoleh sebesar 97,22%. Dan kuat arus I2 yang
diperoleh sebesar (70,0±0,5) 10-3A,
dengan kesalahan relatif sebesar 0,7%
sehingga derajat kepercayaan yang diperoleh sebesar 99,3%. Pada kuat arus I3
diperoleh nilai sebesar (46,0±0,5) 10-3A,
dengan kesalahan relatif sebesar 1% sehingga derajat kepercayaannya sebesar
99%. Dan pada I4 telah diperoleh nilai sebesar (48,0±0,5) 10-3A, dengan keselahan relatif sebesar 1%
sehingga derajat kepercayaan yang diperoleh sebesar 99%.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut masih belum sesuai
dengan teoritis, dapat dilihat pada nilai kuat arus pada I1 dan I5, yang
berbeda dan jumlah I2, I3, dan I4 yang juga berbeda yaitu (164,0±0,5) 10-3A. Perbedaan hasil tersebut kemungkinan
dikarenakan ketidaktelitian dalam mengukur I1 dan I5 dapat dilihat dari nilai kesalahan relatif yang
lebih besar. Hal tersebut juga dikarenakan pada saat mengukur I1 dan I5
menggunakan batas ukur 1 ampere sehingga ketelitian alat yang berbeda yang
mempengaruhi hasil pengukuran, selain itu, juga dikarenakan kabel penghubung
yang kurang baik dan tempat baterai yang juga longgar mengakibatkan ampermeter
bekerja tidak stabil serta baterai yang sudah sering digunakan yang juga
mempengaruhi hasil pengukuran.
V. SIMPULAN
Pada
percobaan hukum Kirchoff kali ini,
dilakukan dengan menggunakan tiga buah resistor yaitu sebesar 27W; 39W; 47W. Pada rangkaian seri telah diperoleh
hasil kuat arus, ketika menggunakan 1
baterai dengan beda potensial 1,5 volt, kuat arus pada I1
sebesar (8,0±0,5) 10-3 A dan pada I2,
I3, dan I4 nilainya sama, yaitu sebesar (10,0±0,5)
10-3 A. Ketika menggunakan 2 baterai
dengan beda potensial 3 volt, diperoleh nilai kuat arus pada I1, I2, I3 dan I4 yang sama yaitu sebesar (18,0±0,5) 10-3 A.
Dan pada percobaan menggunakan 3 baterai hasil kuat arus I1, I2, I3 dan I4 juga bernilai sama yaitu sebesar (30,0±0,5) 10-3 A. Dapat dinyatakan bahwa percobaan
menggunakan 2 baterai dan 3 baterai kali ini sesuai teoritis bahwa I1 = I2 =
I3 = I4. Sedangkan
percobaan menggunakan 1 baterai masih terjadi kesalahan pada pengukuran I1 yang
hasilnya masih berbeda.
Pada
percobaan rangkaian paralel ketika menggunakan 1 buah baterai sebesar 1,5 volt
telah diperoleh nilai kuat arus I1 dan I5 yang sama yaitu sebesar (58,0±0,5) 10-3 A
dan berbeda dengan jumlah kuat arus I2,
I3 dan I4 yang
sebesar (48,0±0,5) 10-3 A. Ketika
menggunakan 2 buah baterai sebesar 3 volt diperoleh nilai kuat arus I1 dan I5 yang sama yaitu sebesar (140±5) 10-3 A dan berbeda dengan jumlah kuat arus I2, I3 dan I4 yang sebesar (146,0±0,5)
10-3 A. Sedangkan pada percobaan menggunakan tiga buah baterai
diperoleh hasil I1 dan I5 yang berbeda yaitu pada I1 sebesar (160±5) 10-3 A dan I5 sebesar (180±5) 10-3 A serta berbeda pula dengan jumlah kuat
arus I2, I3 dan I4 yang sebesar (164,0±0,5)
10-3 A. Pada percobaan rangkaian paralel ini masih belum sesuai
dengan teori bahwa I1 = I5 = I2 + I3 +
I4.
Berdasarkan hasil percobaan pada rangkaian seri
maupun rangkaian paralel yang masih belum sesuai dengan teoritis pada
masing-masing rangkaian tersebut, dikarenakan ketidaktelitian dalam membaca
alat ukur ampermeter, serta kondisi alat yang kurang baik seperti kabel
penghubung, baterai serta tempatnya, yang membuat kerja ampermeter menjadi
tidak stabil.
Berdasarkan
hasil percobaan pula perbedaan antara rangkaian seri dan paralel ini dapat
dilihat dari nilai kuat arusnya. Jika pada rangkaian seri kuat arus pada setiap
hambatannya bernilai sama, sedangkan pada rangkaian paralel nilai kuat arus
yang melalui hambatan pengganti itu sama dengan nilai kuat arus yang melalui
tiap-tiap hambatan. Dan nilai kuat arus pada rangkaian seri lebih kecil
dibandingkan nilai kuat arus pada rangkaian paralel. hal tersebut dikarenakan pada
rangkaian seri arus langsung terbagi pada tiga resistor. Sedangkan pada
rangkaian paralel arus yang mengalir pada kuat arus utama yang dibagi untuk
mengaliri tiga resistor tersebut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Saya
mengucapkan terimakasih kepada asisten praktikum Hukum Kirchoff (LM3) yaitu
Sabrina Nur Caesari yang memberikan
bimbingan saat melalukan praktikum ataupun pralaboratorium. Serta kepada
teman-teman satu kelompok yang telah bekerja sama dengan baik dalam
menyelesaikan percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www.academia.edu/9297802/RPPHUKUMKIRCHOFF.
diambil pada tanggal 27 ampril 2015 pukul 11.03 WITA.
[2] Tim Dosen Pendidikan Fisika. 2015.
Modul Praktikum Fisika Dasar II. Banjarmasin : UNLAM
[3] Sutrisno. 1979. Fisika Dasar Jilid
II. Bandung : ITB.
[4] Kanginan, Marthen. 2007. Serba
Pena Fisika untuk SMA/MA kelas X. Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar