PEMBIASAN LENSA
(GO3)
|
Desy Novitasari., M. Hifni Fansi., Abidatul
Khairiyah., Rivca Anissa., Ramona Ariani., Putri Anggraini.
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ipa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat Jl. Brigjend Hasan Basri Komplek Kayu Tangi Dua Jalur Utama Kost Diana, Banjarmasin 70124 Indonesia e-mail: desy.sarinovita@gmail.com |
Abstrak—Percobaan pembiasan
lensa bertujuan untuk menentukan jarak fokus lensa positif dan jarak fokus lensa
negatif. Metode yang digunakan mengukur jarak bayangan, menetapkan jarak antara
lensa positif dan negatif. Nilai fokus lensa positif sebesar {(9,000 ± 0,028) 10-2m; (9,500 ± 0,034)
10-2m; (9,580 ± 0,038) 10-2m} dan fokus lensa negatif
{(7,500 ± 0,054) 10-2m; (9,220 ± 0,064) 10-2m; (10,400 ±
0,069) 10-2m}. Percobaan ini hampir berhasil dapat ditinjau dari
kesalahan relatif kurang dari 1% sehingga derajat kepercayaannya lebih dari
99%. Tidak berhasilnya percobaan ini dikarenakan kendala saat praktikum seperti
benda dan lensa yang digunakan tidak sesuai, sulitnya menentukan bayangan yang
fokus, serta ketidaktelitian dalam membaca skala ukur pada rel presisi.
Kata Kunci—Pembiasan, lensa positif, lensa negatif, fokus.
I.
PENDAHULUAN
L
|
ensa adalah media transparan yang
mempunyai batasan dua melengkung. Ada dua macam lensa yaitu lensa cembung dan
lensa cekung. Lensa cembung (lensa konvergen) atau lensa positif merupakan
lensa yang lebih tebal dibagian tengahnya dari pada dibagian tengah ujungya.
Sedangkan lensa cekung (lensa divergen) atau lensa negatif merupakan lensa yang
memiliki bagian tengah yang lebih tipis dari pada bagian ujungnya. Lensa
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang paling mudah ditemui seperti
kaca mata, kamera, dan alat optik lainnya menggunakan prinsip kerja lensa.
Dalam dunia pendidikan, prinsip lensa juga sering diunakan seperti mikroskop
dan teleskop. Lensa memiliki dua titik fokus, yaitu fokus utama merupakan titik
pertemuan sinar-sinar bias (fokus
aktif). Dan fokus pasif yang simetris terhadap lensa cembung, letak ini berada
di depan lensa.
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut.
“bagaimana menentukan jarak fokus dan lensa negatif ?”
Adapun tujuan
dari percobaan kali ini yaitu untuk menentukan jarak fokus lensa positif dan
lensa negatif.
II.
KAJIAN TEORI
Lensa adalah benda bening
(tembus cahaya) yang dibatasi dua bidang lengkung atau bidang lengkung dan satu bidang datar. Dari definisi
tersebut dikenal lensa cembung (bagian tengah tebal) dan lensa cekung (bagian
tengah tipis).
Gambar 1. Macam-macam lensa (a, b, c adalah cermin
lensa positif dan d, e lensa negatif)
Hubungan antara
jarak benda dengan jarak bayangan pada lensa tipis memenuhi persamaan :
....................(1)
Dengan : S = jarak benda
S’= jarak bayangan
f = fokus lensa
1. Menentukan
fokus lensa positif :
Jika benda di depan
lensa positif, bayangannya dapat diterima layar, maka disebut bayangan tersebut
adalah byanagan nyata sperti pada gambar 2 berikut.
Gambar 2. Bayangan nyata
Untuk memperoleh bayangan yang
tajam dilayar. Lensa dan atau layar dapat digeser-geser sedemikian hingga
bayangan tersebut diterima jelas dilayar.
2. Menentukan
fokus lensa negatif
Ilustrasi pembentukkan bayangan
dapat dilihat seperti pada gambar 3. Dimana bayangan lensa negatif dianggap
benda oleh lensa positif. Perhatikan bahwa : S’(-) = x dan S(+)
= x+d, sehingga dari rumus untuk lensa positif berlaku
......................(2)
Dari persamaan
2, x dapat dihitung. Untuk lensa negatif, karena bayanagn yang dibentuk selalu maya (tidak dapat diterima
layar), maka untuk menentukan jarak fokusnya memakai pertolongan lensa positif
yang telah diketahui f-nya. Selanjutnya untuk lensa negatif berlaku[1]
.......................(3)
Dari persamaan 3
ini dapat diperoleh nilai f(-).
Gambar 3. Bayangan lensa negatif
Sifat-sifat
lensa
Sebuah lensa
yang jenisnya diperlihatlkan dalam gambar 4 mempunyai sifat bahwa bila seberkas sinar itu berkumpul kesebuah
titik F2 (gambar 4) dan membentuk sebuah bayangan nyata dititik
tersebut. Lensa seperti itu dinamakan sebuah lensa pengumpul (lensa konvergen).
Demikian juga sinar-sinar yang lewat melalui titik F1 paralel
(gambar 4).
Gambar 4. Titik fokus pertama dan kedua dari sebuah
lensa konvergen tipis. Nilai numerik f adalah positif
Titik F1 dan
F2 dinamakan titik fokus pertama dan titik fokus kedua. Dan jarak f
( yang diukur dari pusat lensa itu) dinamakan panjang fokus. Seperti untuk
sebuah cermin cekung, panjang fokus dari sebuah lensa konvergen didefinisikan
sebagai sbeuah kuantitas positif dan lensa seperti itu disebut juga lensa
positif.
Gambar 5. Titik fokus kedua dan titik fokus pertama
dari lensa konvergen tipis. Nilai numerik f adalah negative
Gambar 5
memperlihatkan sebuah lensa divergen : berkas paralel yang masuk pada lensa ini
berpencar setelah reraksi. Panjang fokus dari sebuah lensa divergen adalah
sebuah kuantitas negatif dan lensa itu dinamakan juga lensa negatif.
Titik-titik fokus sebuah lensa positif dibuat berlawanan relatif terhadap
titik-titik fokus sebuah lensa positif. Titik fokus kedua, F2 dari
sebuah lensa negatif adalah titik dimana sinar-sinar yang pada mulanya paralel
dengan sumber muncul berpencar setelah refraksi seperti dalam gambar 2 (a).
Sinar-sinar yang masuk mengumpul menuju titik fokus pertama F1
seperti dalam gambar 2(b). Muncul keluar dari lensa itu paralel dengan
sumbunya.[2]
Parameter yang paling penting dari lensa adalah panjang fokus f
untuk lensa konvergen. F diukur dengan mudah dengan mencari titik bayangan
untuk matahari atau benda jauh lainnya. Begitu f diketahui, posisi bayangan
dapat ditemukan untuk benda apapun.
Untuk menemukan titik bayangan dengan menggambar berkas-berkas cahaya
akan sulit jika kita harus menentukan semua
sudut bias. Dari pada melakukan hal tersebut, kiat dapat mempermudahnya
dengan menggunakan fakta-fakta tertentu yang telah kiat ketahui, seperti bahwa
berkas yang paralel dengan sumbu lensa akan melewati (setelah pembiasan) titik
fokus. Pada gambar 6. a,b,c. Yang menunjukan anak panah sebagai benda dan lensa konvergen yang membentuk
bayangan disebelah kanan. Berkas-berkas ini yang berasal dari satu titik pada
benda, digambar seakan-akan lensa tipis tak hingga dan kita hanya menunjukkan
satu belokkan tajam didalam lensa dan bukan pembiasan pada setiap permukaan.
Ketiga gambar berkas ini digambarkan sebagai berikut.
(a) Berkas
1
(b) Berkas
2
(c) Berkas
3
Gambar 6.a,b,c. Berkas-Berkas
Cahaya
Berkas 1
digambarkan paralel sumbu utama : dengan demikian dibiaskan oleh lensa sehingga
berjalan sepanjang garis melalui titik fokus F, gambar 6 (a).
Berkas 2
digambarkan pada garis yang melewati titik fokus yang lain, F’, (sisi depan
pada gambar 6)
dan muncul paralel terhadap sumbu utama lensa, gambar 6(b)
Berkas 3 di
arahkan ke pusat lensa, dimana kedua permukaan pada dasarnya paralel satu
dengan yang lainnya; dengan demikian berkas ini muncul daei lensa dengan sudut
yang sama pada saat masuknya;[3]
Bayangan pada
lensa cembung untuk beberapa posisi :
Ø Jika
benda diletakan antara F2 dan 2F2, sifat bayang nyata,
terbalik dan diperbesar.
Gambar
6.1. bayangan benda yang terbentuk jika benda diletakkan di antara titik F2
dan 2F2
Ø Jika
benda diletakkan pada jarak lebih kecil dari pada F2 sifat bayangannya
adalah maya, sama tegak, dan diperbesar.
Gambar
6.2. bayangan benda berada diantara F2 dan O
Ø Jika
benda diletakkan pada titik 2F2 bayangan yang terbentuk bersifat
nyata, terbalik, dan sama besar.[4]
Gambar
6.3. benda diletakkan dititik 2F2
Dengan menggambarkan ketiga berkas yang sama dapat
juga menentukan posisi bayangan untuk lensa divergen, seperti pada gambar 6
berikut.
Gambar 7. Menentukan bayangan
dengan penelusuran berkas untuk lensa divergen
Perhatikan bahwa
berkas 1
digambarkan paralel dengan sumbu, tetapi tidak melalui titik fokus F’
dibelakang lensa melainkan tampak datang dari titik fokus F di depan lensa
(garis terputus-putus). Berkas 2 diarahkan menuju F’ dan dibiaskan paralel oleh
lensa. Berkas 3 lewat langsung melalui pusat lensa ketiga berkas bias tampak
muncul dari satu titik di kiri lensa. Inilah bayangan, 1. Karena berksa-berkas
tersebut tidak melewati bayangan, baynabagn ini merupakan bayangan maya.[5]
III. METODE PERCOBAAN
Percobaan pembiasan lensa ini diperlukan peralatan seperti sebuah
lensa positif dan lensa negatif, sabuah layar, satu set rel presisi, sebuah ray
box, power supplay, dan sebuah benda.
Adapun hipotesis
atau dugaan sementara dari percobaan pembiasan lensa ini yaitu pada lensa
cembung, semakin jauh jarak antara benda dengan lensa maka semakin dekat jarak
bayangan yang terbentuk. Dan pada lensa cekung semakin jauh jarak benda maka
bayangan yang terbentuk semakin dekat, serta terbalik diperkecil.
Adapun dugaan
sementara pada percobaan kali ini yaitu pada lensa positif ataupun negatif jika
jarak benda ke layar diperbesar maka jarak bayangan ke layar diperkecil, dan
nilai jarak fokus lensa selalu sama, tergantung dari jenis lensa yang
digunakan.
Pada percobaan kali ini telah disusun suatu identifikasi dan definisi
operasional variabel, pada kegiatan I yaitu menentukan jarak fokus lensa
positif, variabel yang dimanipulasi adalah jarak benda (S), yaitu dengan
mengubah-ubah jarak benda sebesar 30 cm, 50 cm, dan 70 cm. Dengan variabel
kontrol lensa positif, layar, rel presisi, sumber tegangan, ray box, dan benda,
yaitu selama percobaan menetapkan lensa positif, layar, rel presisi, sumber
tegangan sebesar 9 volt, ray box dan benda yang sama selama percobaan. Serta
dengan variabel respon jarak bayangan (S’), yaitu dengan mengukur jarak
bayangan yang terbentuk pada layar menggunakan skala ukur yang ada pada rel
presisi. Dan pada kegiatan II yaitu menentukan jarak fokus lensa negatif,
variabel yang dimanipulasi adalah jarak benda (S), yaitu dengan mengubah-ubah
jarak benda ke lensa sebesar 30 cm, 50 cm dan 70 cm. Variabel yang dikontrol
adalah lensa negatif, lensa positif, layar, jarak antara lensa negatif dan
lensa positif (d), sumber tegangan, rel presisi, dan benda, yaitu selama
percobaan menggunakan lensa negatif dengan fokus 100 mm, lensa positif, layar,
jarak d sebesar 20 cm, sumber tegangan sebesar 9 volt, rel presisi, dan benda
yang sama. Dan variabel yang direspon adalah jarak bayangan yang dibentuk oleh
lensa positif S(+), yaitu dengan mengukur jarak bayangan yang dibentuk
oleh lensa positif dengan menggunakan skala ukur pada rel presisi.
Prosedur kerja
dari percobaan kali ini dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan I dengan
menentukan jarak fokus lensa positif yaitu dengan meletakkan ray box pada rel
presisi, kemudian meletakan benda, lensa positif dan layar sedemikian sehingga
tersusun seperti pada gambar 7 berikut ini.
Gambar 8. Rangkaian percobaan
lensa cembung
Menyalakan
sumber listrik agar lampu menyala. Kemudian menggeser-geser layar, sehingga
terbentuk bayangan yang tajam (fokus) pada layar. Selanjutnya mengukur jarak
lensa ke layar sebagai S’ atau jarak bayangan. Mengulangi kegiatan tersebut di
atas dengan menggunakan jarak benda ke lensa (S) yang berbeda-beda. Dan
mencatat hasil percobaan pada tabel 1.
Dan kegiatan II
dengan menentukan jarak fokus lensa negatif yaitu dengan merangkai peralatan
seperti pada gambar 9 berikut ini.
Gambar 9. Rangkaian percobaan
lensa negatif
Dengan menetapkan jarak antara lensa negatif dengan lensa positif.
Selanjutnya mengeser-geser layar sehingga diperoleh jarak bayangan yang tajam
pada layar. Mengukur jarak bayangan yang melalui lensa positif sebagai S’(+)
. mengulangi langkah-langkah pada kegiatan ini dengan menggunakan jarak benda
dengan lensa negatif yang berbeda-beda, serta memperoleh nilai fokus lensa positif yang terbaca pada lensa negatif. Dan mencatat
semua hasil percobaan pada tabel 2.
Adapun teknik analitik dari percobaan untuk
menentukan jarak fokus lensa positif sebagai berikut.
................(4)
Dengan ketelitian
.........(5)
Dan untuk menentukan jarak fokus lensa negatif dengan mencari nilai x
terlebih dahulu sebagai berikut.
.................(6)
Dengan ketelitiannya
.............(7)
Maka nilai fokus lensa negatif adalah
....................(8)
Dengan ketelitiannya
.....(9)
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Percobaan
pembiasan lensa kali ini dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan I
menentukan jarak fokus lensa positif dan kegiatan II menentukan jarak fokus
lensa negatif. Selama percobaan jarak benda ke lensa, jarak bayangan ke lensa,
serta jarak antara lensa positif dan lensa negatif diukur menggunakan skala
ukur yang ada pada rel presisi dengan nilai skala terkecil 0,1×10-2m
sehingga ketelitiannya sebesar 0,05×10-2m.
Berdasarkan
hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh data yang tertulis pada tabel
berikut ini.
Tabel 1. Hasil pengamatan pada lensa positif
NO
|
(S ± 0,05) 10-2m
|
(S’ ± 0,05) 10-2m
|
1
|
30,00
|
13,00
|
2
|
50,00
|
11,80
|
3
|
70,00
|
11,10
|
Tabel 2. Hasil pengamatan pada lensa negatif
NO
|
f(+)
m
|
(d ± 0,05) 10-2m
|
(S(-) ± 0,05)
10-2m
|
(S’(+)±0,05)
10-2m
|
1
|
0,1
|
20,00
|
30,00
|
15,00
|
2
|
0,1
|
20,00
|
50,00
|
14,70
|
3
|
0,1
|
20,00
|
70,00
|
14,50
|
Berdasarkan
data tersebut di atas, baik pada tabel 1 maupun tabel 2 dapat dilihat data
bahwa semakin besar jarak antara benda dan lensa (S) maka akan semakin kecil
jarak antara bayangan dengan lensa (S’) sehingga secara matematis dapat
dituliskan perbandingan:
Pada
kegiatan I menentukan jarak fokus lensa positif telah diperoleh nilai titik
fokus beserta ketelitiannya dengan menggunakan persamaan 4 dan persamaan 5.
Pada percobaan pertama dengan jarak benda ke lensa sebesar (30,00± 0,05) 10-2m
telah diperoleh jarak bayangannya sebesar (13,00 ± 0,05) 10-2m, dan
diperoleh nilai jarak fokus lensa positif sebesar (9,000 ± 0,028) 10-2m,
dengan kesalahan relatif sebesar 0,31% sehingga derajat kepercayaan yang
diperoleh sebesar 99,69%. Pada percobaan kedua dengan jarak benda ke bayangan
sebesar (50,00 ± 0,05) 10-2m, terbentuk bayangan yang tajam pada
layar sebesar (11,8 ± 0,05) 10-2m, dan diperoleh nilai jarak fokus
lensa positif sebesar (9,500 ± 0,034) 10-2m, dengan kesalahan
relatif sebesar 0,36% sehingga derajat kepercayaan yang diproleh sebesar 99,65%.
Dan pada percobaan ketiga, denga jarak benda ke lensa sebesar (70,00 ± 0,05) 10-2m,
bayangan yang terbentuk pada layar dengan jarak sebesar (11,10 ± 0,05) 10-2m,
dan diperoleh nilai jarak fokus lensa positif sebesar (9,580 ± 0,038) 10-2m,
dengan kesalahan relatif sebesar 0,4% sehingga derajat kepercayaan yang
diperoleh sebesar 99,6%. Berdasarkan hasil tersebut seharusnya nilai jarak
fokus lensa positif dari ketiga percobaan itu sama. Akan tetapi, pada percobaan
kali ini masih belum sama meskipun angkanya hampir mendekati sama. Dapat
dikatakan percobaan kali ini belum berhasil, hal tersebut dikarenakan kendala
saat percobaan seperti sulitnya dalam mengamati bayangan yang benar-benar tajam
pada layar, yang juga dikarenakan kondisi benda yang digunakan saat percobaan
kurang baik, dan pada saat percobaan yang seharusnya menggunakan lensa tipis,
saat percobaan lensa yang digunakan adalah lensa tebal.
Kegiatan II menentukan jarak fokus lensa negatif,
pada percobaan ini diperlukan pula sebuah lensa positif yang digunakan pada
percobaan ini dengan fokus 0,1 m yang terbaca pada lensa, serta nilai fokus
lensa negatif diperoleh melalui persamaan 6 dan persamaan 7 untuk memperoleh
nilai x dan ketelitiannya terlebih dahulu, kemudian menggunakan persamaan 8 dan persamaan 9. Agar pembiasan
pada lensa negatif bayangannya dapat terlihat pada layar digunakan lensa
positif tersebut. Dalam hal ini telah ditetapkan nilai jarak antara lensa
positif dan lensa negatif (d) sebesar (20,00 ± 0,05) 10-2m. Pada
percobaan pertama dengan jarak benda ke lensa negatif sebesar (30,00 ± 0,05) 10-2m,
bayangan yang terbentuk oleh lensa positif adalah sebesar (15,00 ± 0,05) 10-2m,
dan telah diperoleh nilai x sebesar (10,00 ± 0,09) 10-2m, dengan
kesalahan relatif sebesar 0,9% sehingga derajat kepercayaan yang diperoleh
sebesar 99,1%. Dan jarak fokus lensa yang diperoleh adalah sebesar (7,500 ±
0,054) 10-2m, dengan kesalahan relatif sebesar 0,72% sehingga
derajat kepercayaannya sebesar 99,28 %. Pada percobaan kedua dengan jarak benda
ke lensa negatif sebesar (50,00 ± 0,05) 10-2m, bayangan yang
terbentuk oleh lensa positif adalah sebesar (14,70 ± 0,05) 10-2m,
dan telah diperoleh nilai x sebesar (11,30 ± 0,09) 10-2m, dengan
kesalahan relatif sebesar 0,8% sehingga derajat kepercayaan yang diperoleh sebesar
99,2%. Dan jarak fokus lensa yang diperoleh adalah sebesar (9,220 ± 0,064) 10-2m,
dengan kesalahan relatif sebesar 0,69% sehingga derajat kepercayaannya sebesar
99,31 %. Pada percobaan ketiga dengan jarak benda ke lensa negatif sebesar
(70,00 ± 0,05) 10-2m, bayangan yang terbentuk oleh lensa positif
adalah sebesar (14,50 ± 0,05) 10-2m, dan telah diperoleh nilai x
sebesar (12,220 ± 0,095) 10-2m, dengan kesalahan relatif sebesar
0,7% sehingga derajat kepercayaan yang diperoleh sebesar 99,3%. Dan jarak fokus
lensa yang diperoleh adalah sebesar (10,400 ± 0,069) 10-2m, dengan
kesalahan relatif sebesar 0,66% sehingga derajat kepercayaannya sebesar 99,33
%. Berdasarkan hasil percobaan pada lensa negatif ini masih belum berhasik
karena nilai dari fokus lensa masih berbeda seharusnya, meskipun letak benda
berubah jarak fokusnya akan tetap selalu sama. Hal tersebut dikarenakan kendala
saat percobaan seperti sulitnya dalam mengamati bayangan yang benar-benar tajam
pada layar, yang juga dikarenakan kondisi benda yang digunakan saat percobaan
kurang baik, dan pada saat percobaan yang seharusnya menggunakan lensa tipis,
saat percobaan lensa yang digunakan adalah lensa tebal.
V. SIMPULAN
Pada
percobaan kali ini bertujuan untuk menetukan jarak fokus lensa positif dan
jarak fokus lensa negatif. Pada lensa positif telah diperoleh nilai jarak fokus
lensa positif pada ketiga percobaan secara berurutan sebesar (9,000 ± 0,028) 10-2m,
(9,500 ± 0,034) 10-2m, dan (9,580 ± 0,038) 10-2m. Dengan
kesalahan relatif ketiga percobaan kurang dari 1% sehingga derajat
kepercayaannya lebih dari 99%. Sedangkan pada lensa negatif telah diperoleh
nilai jarak fokus dengan bantuan lensa positif agar bayangan dapat terlihat
pada layar, sehingga untuk memperoleh nilai fokus diperlukan nilai x terlebih
dahulu dari ketiga percobaan diperoleh nilai x sebesar (10,00 ± 0,09) 10-2m,
(11,300 ± 0,093) 10-2m, dan (12,220 ± 0,095) 10-2m,
dengan kesalahan relatif dari ketiga nilai x yang kurang dari 1% sehingga
derajat kepercayaannya lebih dari 99%. Dan berdasarkan nilai x tersebut dapat
diperoleh nilai jarak fokus lensa negatif ketiga percobaan secara berurutan
sebesar (7,500 ± 0,054) 10-2m, (9,220 ± 0,064) 10-2m, dan
(10,400 ± 0,069) 10-2m, kesalahan relatif dari ketiga percobaan
tersebut juga kurang dari 1% sehingga derajat kepercayaan yang diperoleh juga
lebih dari 99%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan percobaan
kali ini hampir berhasil, dapat dilihat dari nilai hasil percobaan yang saling
mendekati, dan nilai kesalahan relatif yang kurang dari 1% serta derajat
kepercayaannya yang lebih dari 99%. Adapun beberapa kendala yang menyebabkan
kurang sempurnanya percobaan kali ini seperti kondisi benda yang digunakan
kurang baik, sulitnya dalam menentukan bayangan yang benar-benar fokus, lensa yang
digunakan lens tebal bukan lensa tipis, serta dikarenakan kurang telitinya pengamat
dalam membaca skala ukur pada rel presisi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Saya
mengucapkan terimakasih kepada asisten praktikum pembiasan lensa (GO3) yaitu
Putri Anggraini yang memberikan
bimbingan saat melalukan praktikum ataupun pralaboratorium. Serta kepada
teman-teman satu kelompok yang telah bekerja sama dengan baik dalam
menyelesaikan percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tim Dosen Pendidikan Fisika. 2015.
Modul Praktikum Fisika Dasar II. Banjarmasin : UNLAM
[2] Zemansky,
Sears. 1999. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2. Jakarta : Erlangga
[3] Tipler.1991. Fisika Untuk Sains
dan Teknik, Jakarta : Erlangga
[4] Halliday, Resnick. 1994. Fisika
Jilid II. Jakarta : Erlangga
[5] Kanginan, Marthen. 2007. Fisika
SMA kelas I B. Jakarta : Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar