Hukum Ohm &
Rangkaian Seri-Paralel
(LM2)
|
Desy Novitasari., M. Hifni Fansi., Abidatul
Khairiyah., Rivca Anissa., Ramona Ariani., Hayatul Mu’awwanah
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ipa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat Jl. Brigjend Hasan Basri Komplek Kayu Tangi Dua Jalur Utama Ujung Kost Diana, Banjarmasin 70124 Indonesia e-mail: desy.sarinovita@gmail.com |
Abstrak—Percobaan hukum Ohm & Rangkaian Seri-Paralel untuk mengukur besarnya
tahanan dari suatu hambatan (lampu) dengan menerapkan hukum Ohm dan memahami
perbedaan rangkaian seri dan paralel, serta mengukur besarnya nilai suatu
tahanan yang dirangkai seri dan paralel. Metodenya adalah mengukur arus dan
tegangan. kegiatan I diperoleh hambatan sebesar {(2,33±0.06)101
W, (2,00±0.06)101 W, (1,70±0,06)101 W} sehingga I~V. Rangkaian seri {(2,33±0.06)101
W,
(2,00±0.06)101 W, dan (1,70±0,06)101
W}, berbeda dengan teoritisnya menggunakan persamaan R
= R1+R2 sebesar (22,4 W; 19,09 W; 17 W). Rangkaian paralel {(0,484±0,012)101
W,
(0,619±0.020)101 W}, (0,500±0,023)101 W}, menggunakan persaman
Siperoleh sebesar (7,14
W; 8,12 W; 6,66 W). Perbedaan hasil terjadi karena ketidaktelitian saat percobaan. Dan
benar bahwa nyala lampu pada rangkaian paralel lebih terang dibandingkan pada
rangkaian seri.
Kata Kunci—Hukum Ohm, rangkaian Seri, rangkaian paralel, arus, tegangan.
I.
PENDAHULUAN
D
|
alam kehidupan sehari-hari kita kebanyakan mengunakan peralatan listrik
untuk beraktivitas. Biasanya pada peralatan rumah tangga seperti kulkas, TV,
setrika listrik, lampu dan sebagainya. Dalam pemakaian, arus listrik yang
mengalir mempunyai harga konstan. Hal tersebut berarti rapat arusnya juga
tetap, dan selanjutnya kecepatan rata-rata pembawa muatan besarnya juga tetap.
pengukuran besarnya nilai suatu tahanan dapat dilakukan dengan menggunakan
penerapan hukum Ohm dengan rangkaian suatu hambatan dan juga dengan rangkaian
seri dan paralel. Untuk memahami penggunaan metode ini maka dilakukan percobaan
hukum Ohm dan rangkaian Seri dan Paralel.
Berdasarkan latar
belakang tersebut di atas dapat di ambil rumusan masalah senagai berikut
“Bagaimana hubungan arus dan tegangan terhadap nyala lampu, dan bagaimana nyala
lampu, serta arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel ?”
Adapun tujuan dari
percobaan ini yaitu mengukur besarnya tahanan dari suatu hambatan (lampu)
dengan menerapkan hukum Ohm dan memahami perbedaan rangkaian seri dan paralel,
serta mengukur besarnya nilai suatu tahanan yang dirangkai seri dan paralel.
II.
KAJIAN TEORI
Arus listrik didefinisikan sebaga aliran
partikel-partikel bermuatan listrik positif yang mengalir dari titik
berpotensial tinggi ketitik berpotensial rendah. didalam penghantar
kawat,sesungguhnya elektronlah yang bergerak dari titik berpotensi rendah
ketitik berpotensi tinggi. Jadi,arah arus listrik berlawanan dengan arah arus
listrik. Besaran fisika yang menyalakan kuantitas arus listrik adalah kuat arus
listrik (simbol I), yang didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik positif
Q yang mengalir melalui penambang seutas kawat penghantar persatuan waktu.
Berdasarkan kemampuan penghantar arus
listrik, bahan dibagi 4 kelompok:
1.
Konduktor,yaitu
kelompok yang mudah menghantar arus listrik karena memiliki hambatan listrik
rendah.
2.
Isolator,yaitu
kelompok yang sanagat sukar menghantarkan arus listrik atau tidak dapat dilalui
oleh arus pada tegangan rendah.
3.
Semi
konduktor, yaitu kelompok bahan yang berada diantara konduktor dan isolator,dan
digunakan sebagai penyerah (rectifler),yaitu komponen listrik yang arus listrik
hanya mengalir dalam satu arah.
4.
Superkonduktor,
adalah konduktor ideal yaitu konduktor yang hambatan listriknya nyaris nol.[1]
Ada dua
jenis muatan listrik, yaitu muatan negatif dan muatan positif.muatan negatif
adalah muatan yang sejenis dengan muatan ebonit yang digosok dengan kain
wol,sedangkan muatan positif adalah muatan yang sejenis dengan muatan kaca yang
digosok dengan sutra. Pada pengukuran kuat araus ampermeter dirangkai seri
secara garis besar ada dua macam alat untuk mengekur kuat arus yaitu ampermeter
analog dan ampermeter digital.[2]
Untuk
menghasilkan arus listrik pada rangkainan dibutuhkan beda potensial V yang
diberikan ke ujung-ujung :
I~V
Sebagai
contoh, jika kita menghubungkan kawat
kebaterai 6V, aliran arus akan dua kali lipat dibandingkan jika dihubungkan
kebaterai 3V.
Besarnya
aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung pada tegangan, tetapi juga pada
hambatan yang diberikan kawat terhadap aliran elektron. Makin tinggi hambatan maka makin kecil arus untuk suatu tegangan V.
Kemudian mendefinisikan hambatan sehingga arus berbanding terbalik dengan
hambatan diatas, kita dapatkan:
..............................(1)
Dimana R
=hambatan kawat,V adalah beda potensial yang melintasi alat tersebut,dan I
adalah arus yang mengalir pada alat tersebut,dan I adalah arus yang mengaliir
padanya.Hubungan sering dikenal sebagai hukum ohm dan dituliskan.[3]
..............................(2)
Besaran R disebut hambatan atau
resistansi. Satuan resisistansi ialah VA-1 dan disebut ohm, dan
seringkali dinyatakan dengan huruf Yunani Omega, yaitu W. Harga hambatan yang sering
digunakan ialah 1 kilo ohm = 1 k W = 1 K = 1000 W dan 1 mega ohm = 1 M W = 1 m= 1 Mega = 106 W.
Dalam
rangkaian listrik banyak digunakan resistor, yaitu suatu komponen yang diuat
agar mempunyai harga resistensi tertentu.
Harga
resistivitas beberapa macam bahan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Resistivitas pada temperatur kamar
konduktor
|
(ohm-meter)
|
Isolator
|
(Ohm-meter)
|
Alumunium
|
2,63 × 10-8
|
Gelas
|
1010 - - - 1014
|
Karbon
|
3500 × 10-8
|
Mika
|
1011 - - - 1015
|
Tembaga
|
1,72 × 10-8
|
Kwarsa
|
1018
|
Perak
|
1,47 × 10-8
|
kayu
|
108 - - - 1011
|
Wolfram
|
5,51 × 10-8
|
Bahan dengan resistivitas antara logam dan Isolator
disebut Semi konduktor.
Grafik persamaan 1 dapat dilukiskan seperti pada
gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Grafik bahan bersifat Ohmik. Grafik i (v)
adalah linear.
Dalam persamaan 1 harga R tak tergantung pada i,
sehingga grafik i (v) bersifat linear. Bahan dengan sifat seperti ini dikatakan
bersifat Ohmik.
Pada harga arus yang besar temperatur bahan menjadi
tinggi, dan resistansi bahan menjadi bergantung pada arus.
Grafik i (v) tidak linear lagi, dan bahan tak lagi
bersifat Ohmik. Aliran listrik dalam gas menyala, tidak bersifat Ohmik. Hukum
Ohukum Ohm, tidak berlaku disini.
Sebelum menggunakan hukum Ohm, telitilah lebih
dahulu apakah bahan bersifat Ohmik. Bila tidak, hukum Ohm tak berlaku.[4]
Hukum Ohm adalah
pernyataan yang tegas bahwa arus yang melalui suatu alat selalu berbanding
lurus terhadap beda potensial yang diaplikasikan pada alat tersebut.[5]
Faktorfaktor yang
mempengaruhi hambatan seutas kawat
listrik.
1)
Jenis
Jalan (jalan barbatu dengan jalan beraspal. Jenis jalan (jan is jalan bahan
kawat) ditampilkan oleh besaran hambatan jenis kawat (r). Makin besar
hamabatan jenis kawat, maka makin besar hambatan listriknya.
2)
Panjang
jalan (L), maka besar (panjang) kawat, makin besar juga hambatan listriknya.
3)
Luas
jalan (A) atau luas penampang kawat. Makin besar penampang kawat, makin kecil
hambatan listriknya.[6]
Bila arus listrik mengalir dalam
suatu rangkaian yang hanya terdiri dari satu sumber tegangan dan satu hambatan,
menurut hukum Ohm yang berlaku :
.......................(3.1)
Dimana : V =
tegangan antara titik A dan B
I = arus listrik yang melewati titik AB
R = Hambatan AB
Gambar 2. Rangkaian Hukum Ohm
Bila arus yang masuk ke dalam
rangakaian diketahui dan tegangan yang melewati hambatan dapat diukur. Maka
nilai hambatan bisa hitung dengan persamaan dari hukum Ohm di atas. Rangkaian
hukum Ohm yang sangat sederhana, hanya terdiri dari satu hambatan, tetapi bila
didalam rangkaian terdiri atas lebih dari suatu hambatan yang disusun antara
titik a dan b membentuk hanya satu titik lintasan antara kedua titik maka
rangkaian hambatan disebut rangkaian seri. Bila hanya ada satu titik lintasan,
maka araus yang mengalir sama besarnya untuk masing-masing hambatan di dalam rangkaian tersebut.
Gambar 3. Rangkaian Seri dari dua Hambatan
Pada rangkaian
seri berlaku :
..........................(3.1)
Dengan
menggunakan hukum Ohm diperoleh bahwa :
.........................(3.3)
Hambatan-hambatan
akan dikatakan paralel bila masing-masing hambatan mempunyai lintasan
alternatif antara titik a dan b. Dalam rangkaian paralel beda tegangan pada
masing-masing hambatan sama besarnya.
Gambar 4. Rangkaian paralel dari Dua Hamabatan
Pada rangkaian paralel
berlaku
................(3.4)
Sedangkan arus
yang mengalir pada hambatan adalah
....................(3.5)
Sehingga diperoleh[7]
.......................(3.5)
III.
METODE PERCOBAAN
Pada percobaan Hukum Ohm dan rangkaian
seri-paralel ini diperlukan peralatan seperti 2 buah lampu dengan tegangan 3,8
volt, 2 buah tempat lampu, sebuah sumber tegangan DC, 2 buah ampermeter DC
(0-5A), 2 buah voltmeter DC (0-10V), 12 buah kabel penghubung, dan sebuah
tahanan geser.
Gambar 5.1. Peralatan Percobaan
Adapun rumusan hipotesis dari percobaan kali ini arus
yang mengalir selalu berbanding lurus
terhadap beda potensial dan jika tegangan diperbesar dan kuat arus diperkecil
maka hambatannya semakin besar.
Pada percobaan kali ini meliputi tiga kegiatan
dimana pada masing-masing kegiatan terdiri dari tiga kali percobaan. Adapun
identifikasi dan defininsi operasional variabel percobaan ini sebagai berikut.
v
Pada kegiatan I yaitu rangkaian satu hambatan
atau penerapan hukum Ohm. Variabel manipulasi yang digunakan ialah tahanan
geser, yaitu dengan mengubah-ubah tahanan geser sehingga diperoleh arus dan
tegangan yang berbeda. Variabel kontrolnya adalah lampu, tempat lampu,
ampermeter, voltmeter, tahanan geser, sumber tegangan dan kabel penghubung,
yaitu selama percobaan menggunakan lampu 3,8 volt, tempat lampu, ampermeter DC
(0-5A), voltmeter (0-10V), tahanan geser, sumber tegangan sebesar 3 volt dan 6
buah kabel penghubung yang sama. Dan variabel yang direspon adalah kuat arus I
dan tegangan V, yaitu mengukur kuat arus menggunakan ampermeter dan tegangan
menggunakan voltmeter.
v
Pada kegiatan II yaitu rangkaian seri.
Variabel manipulasi yang digunakan ialah tahanan geser, yaitu dengan mengubah-ubah
tahanan geser sehingga diperoleh arus dan tegangan yang berbeda. Variabel
kontrolnya adalah lampu, tempat lampu, ampermeter, voltmeter, tahanan geser,
sumber tegangan dan kabel penghubung, yaitu selama percobaan menggunakan lampu
3,8 volt, tempat lampu, ampermeter DC (0-5A), voltmeter DC (0-10V), tahanan
geser, sumber tegangan sebesar 6 volt dan 12 buah kabel penghubung yang sama.
Dan variabel yang direspon adalah
tegangan V, V1, V2, dan kuat arus I, yaitu
mengukur tegangan terbagi V, serta mengukur tegangan V1 dan V2,
dan mengukur kuat arus I.
v
Pada kegiatan III taitu rangkaian paralel.
Variabel manipulasi yang digunakan ialah tahanan geser, yaitu dengan
mengubah-ubah tahanan geser sehingga diperoleh arus dan tegangan yang berbeda.
Variabel kontrolnya adalah lampu, tempat lampu, ampermeter, voltmeter, tahanan
geser, sumber tegangan dan kabel penghubung, yaitu selama percobaan menggunakan
lampu 3,8 volt, tempat lampu, ampermeter DC (0-5A), voltmeter DC (0-10V),
tahanan geser, sumber tegangan sebesar 6 volt dan 12 buah kabel penghubung yang
sama. Dan variabel yang direspon adalah kuat arus I, I1, I2, dan
kuat tegangan V, yaitu mengukur arus terbagi I, serta mengukur kuat arus I1
dan I2, dan mengukur tegangan V.
Adapun prosedur kerja dalam percobaan kali ini
sebagai berikut.
Ø
Pada kegiatan I menggunakan rangkaian satu
hambatan atau hukum Ohm. Pertama-tama merangkai peralatan seperti pada gambar
5.2. kemudian menghubungi pembimbing untuk memriksa rangkaian tersebut.
Gambar 5.2. rangkaian hukum Ohm
Jika rangkaian sudah benar, nyalakan power supplay pada tegangan 3 volt.
Kemudian mencatat nilai tegangan pada voltmeter dan nilai arus pada ampermeter
pada tabel 1. Selanjutnya, mengubah tahanan geser agar diperoleh nilai tegangan
dan arus yang berbeda-beda (dalam percobaan kali ini dilakukan sebanyak tiga
kali). Dari data nilai tegangan dan arus yang telah diperoleh, selanjutnya
membuat grafik hubungan antara V terhadap I, kemudian menghitung nilai tahanan
beserta ralatnya dengan analisis grafik.
Ø
Pada kegiatan II menggunakan rangkaian seri.
Pertama-tama merangkai peralatan seperti pada gambar 5.3. menghubungi
pembimbing untuk memeriksa rangkaian.
Gambar 5.3. rangkaian Seri
Jika rangkaian sudah benar, menyalakan power supplay dengan tegangan 6
volt. Kemudian, mencatat nilai arus I dan tegangan V, V1, dan V2
yang terbaca pada alat ukur
ampermeter dan voltmeter tersebut, pada
tabel 2. Selanjutnya, mengubah tahanan geser agar diperoleh nilai tegangan dan
arus yang berbeda-beda (dalam percobaan kali ini dilakukan sebanyak tiga kali).
Dari data nilai tegangan dan arus yang telah diperoleh, selanjutnya membuat
grafik hubungan antara V terhadap I, kemudian menghitung nilai tahanan beserta
ralatnya dari hambatan 1 dan 2.
Ø
Pada kegiatan III rangkaian paralel. Pertama-tama
merangkai peralatan seperti pada gambar 5.4. menghubungi pembimbing untuk
memeriksa rangkaian.
Gambar 5.4. rangkaian Paralel
Jika rangkaian sudah benar, menyalakan power supplay dengan tegangan 6
volt. Kemudian, mencatat nilai arus I, I1, dan I2, serta
tegangan V yang terbaca pada alat ukur ampermeter dan voltmeter tersebut, pada
tabel 3. Selanjutnya, mengubah tahanan
geser agar diperoleh nilai tegangan dan arus yang berbeda-beda (dalam percobaan
kali ini dilakukan sebanyak tiga kali). Dari data nilai tegangan dan arus yang
telah diperoleh, selanjutnya membuat grafik hubungan antara V terhadap I,
kemudian menghitung nilai tahanan beserta ralatnya dari hambatan 1 dan 2.
Setelah diperoleh
hasil pada setiap percobaan, menghitung hambatan menggunakan persamaan berikut.
.........................(4)
Dengan rambat ralatnya
..........................(5)
IV.
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan hukum Ohm & rangkaian seri dan paralel
untuk mengukur nilai suatu tahanan. Ketika pada percobaan hukum Ohm menggunakan
sumber tegangan sebesar 3,8 volt dan pada percobaan rangkaian seri dan paralel
sumber tegangannya sebesar 6 volt. Sehingga diperoleh data percobaan sebagai
berikut.
Tabel 1. Rangkaian satu hambatan (Hukum Ohm)
PERCOBAAN KE-
|
(V±0,05) VOLT
|
(I±0,005) AMPERE
|
1
|
2,40
|
0,220
|
2
|
1,60
|
0,200
|
3
|
0,80
|
0,120
|
Tabel
2. Rangkaian Seri
NO
|
(V±0,05) V
|
(V1±0,05) V
|
(V2±0,05) V
|
(I±0,005) A
|
1
|
5,60
|
2,80
|
2,60
|
0,240
|
2
|
4,40
|
2,20
|
2,00
|
0,220
|
3
|
3,40
|
1,80
|
1,60
|
0,200
|
Tabel
3. Rangkaian Paralel
NO
|
(V±0,05) V
|
(I1±0,005) A
|
(I2±0,005) A
|
(I±0,005) A
|
1
|
3,00
|
0,320
|
0,100
|
0,620
|
2
|
2,60
|
0,240
|
0,080
|
0,420
|
3
|
1,60
|
0,180
|
0,060
|
0,320
|
Berdasarkan data hasil percobaan tersebut, akan diperoleh
nilai suatu hambatan pada masing-masing rangkaian denggan menggunakan persamaan
4 dengan ralatnya menggunakan persamaan 5. Pada kegiatan I yaitu rangkaian satu
hambatan, dapat dilihat rangkaiannya pada gambar 5.2. Sumber tegangan yang
digunakan pada percobaan dalam kegiatan ini sebesar 3 volt, telah diperoleh nilai
tahan R pada percobaan pertama sebesar (1,090±0.046)101 W, dengan kesalahan relatifnya
sebesar 4,26% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 95,74%. Pada
percobaan kedua telah diperoleh nilai R sebesar (0,800±0.045)101 W, dengan kesalahan relatifnya
sebesar 5,6% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 94,4%. Dan Pada
percobaan ketiga telah diperoleh nilai R sebesar (0,66±0.06)101 W, dengan kesalahan relatifnya
sebesar 10,4% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 89,6%. Jika
hasil pengukuran tegangan dan kuat arus dari nilai tahan tiga kali percobaan
tersebut dihubungkan menggunakan grafik akan tampak seperti dibawah ini.
Dari
grafik tersebut dapat dilihat hubungan antara tegangan terhadap kuat arus,
bahwa arus listrik berbanding lurus dengan beda potensial (tegangan) , secara
matematis dituliskan
I~V
Semakin
besar arus listrik, maka tegangan juga akan semakin besar, dan jika arus
listrik diperbesar dan tegangan diperkecil maka hambatannya akan semakin kecil.
Karena hambatan berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan
kuat arus. Sehingga nyala lampu pada percobaan ini dari percobaan pertama yang
mulanya terang, sampai pada percobaan kedua dan ketiga yang semakin meredup
ketika hambatannya semakin kecil.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hukum ohm
berlaku pada percobaan kali ini. Meskipun demikian, percobaan pada kegiatan I
ini masih belum sempurna, dapat dilihat dari kesalahan relatif yang diperoleh dari nilai hambatan R
pada percobaan ketiga yang lebih dari
10%, hal tersebut dikarenakan ketidaktelitian dalam membaca alat ukur ataupun
kondisi alat yang kurang baik lagi.
Pada kegiatan II yaitu
menggunakan Rangkaian Seri, dapat dilihat dari gambar 5.3. dengan sumber
tegangan sebesar 6 volt, telah diperoleh nilai tahan R pada percobaan pertama
sebesar (2,33±0.06)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 3% sehingga diperoleh
derajat kepercayaannya sebesar 97%. Pada percobaan kedua telah diperoleh nilai
R sebesar (2,00±0.06)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 3,41% sehingga
diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 96,59%. Dan Pada percobaan ketiga
telah diperoleh nilai R sebesar (1,70±0,06)101 W, dengan kesalahan relatifnya
sebesar 4% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 96%. Ketiga nilai
tersebut merupakan nilai hambatan R terbagi, sedangkan nilai hambatan R
teoritisnya yang diperoleh melalui persamaan
R = R1+R2 pada ketiga
percobaan secara berurutan masing-masing sebesar 22,4 W; 19,09 W; 17 W. Dapat dilihat bahwa hasil perhitungan secara teoritis
masih berbeda dengan percobaan, kecuali pada percobaan 3 saja yang nilainya
sama. seharusnya nilai hambatan dari kedua persamaan tersebut pada
masing-masing percobaan itu sama. Hal tersebut dikarenakan kurang telitinya
dalam mengukur skala pada ampermeter ataupun voltmeter.
Pada kegiatan III yaitu
menggunakan Rangkaian Paralel, dapat dilihat dari gambar 5.4. sumber tegangan
yang digunakan sebesar 6 volt, telah diperoleh nilai tahan R pada percobaan
pertama sebesar (0,484±0,012)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 2,48% sehingga
diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 97,52%. Pada percobaan kedua telah
diperoleh nilai R sebesar (0,619±0.020)101 W, dengan kesalahan relatifnya
sebesar 3,2% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 96,,8%. Dan Pada
percobaan ketiga telah diperoleh nilai R sebesar (0,500±0,023)101 W, dengan kesalahan relatifnya
sebesar 4,68% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 95,32%. Hasil
tersebut merupakan nilai hambatan R terbagi atau berdasarkan percobaan.
Sedangkan nilai hambatan R total atau R
teoritisnya yang diperoleh melalui persamaan berikut.
Telah diperoleh nilai teoritisnya dari ketiga percobaan secara berurutan
masing-masing adalah sebesar 7,14 W; 8,12 W; 6,66 W. Perbedaan hasil antara kedua percobaan ini juga
dikarenakan ketidaktelitian dalam mengukur kuat arus pada ampermeter dan
tegangan pada voltmeter.
Kemungkinan perbedaan
nilai dari persamaan teoritis dengan persamaan percobaan pada rangkaian seri
ataupun rangkaian paralel ini juga dipengaruhi kerja ampermeter ataupun
voltmeter yang menjadi kurang stabil, karena saat dilakukan percobaan ada
beberapa kabek yang tidak berfungsi sehingga saat dinyalakan sumber tegangan
lampu tidak menyala, sementara itu ampermeter dan voltmeter telah bekerja. Dan
kemudian sumber tegangan dimatikan kembali untuk mengganti kabel yang tidak
berfungsi.
Bardasarkan percobaan yang telah dilakukan nyala
lampu pada ketiga kegiatan tersebut, masih belum sesuai dengan teori bahwa
semakin kecil hambatan maka nyala lampu akan semakin terang, pada percobaan
yang telah dilakukan nyala lampu pada hambatan yang besar lebih terang
dibandingkan pada yala lampu pada hambatan yang kecil. Kemungkinan kesalahan
praktikum ini terjadi karena kondisi alat tahanan geser yang bekerja dengan
kurang baik, serta kurang telitinya dalam membaca alat ukur.
Berdasarkan hasil
percobaan yang diperoleh antara rangkaian seri dan paralel, pada rangkaian seri
hambatan R yang terbagi sangat besar dibandingkan hambatan R yang terbagi pada
rangkaian paralel. Hal tersebut dikarenakan pada rangkaian seri, kuat arus I
tidak hanya mengaliri arus pada tegangan V saja, tetapi juga mengaliri arus
pada tegangan V1 dan V2, sehingga arus yang mengalir
sedikit yang menyebabkan hambatannya semakin besar. Oleh karena itu, pada
rangkaian seri nyala lampu lebih redup. Sedangkan pada rangkaian paralel, banyaknya
arus I hanya mengaliri arus pada tegangan V saja, selain itu juga hambatan juga
dialiri oleh arus I1 dan I2 sehingga arusnya semakin besar dan nilai
hambatan semakin kecil yang menyebabkan nyala lampu lebih terang dibandingkan
pada rangkaian seri.
V. SIMPULAN
Pada percobaan rangkaian satu hambatan atau Hukum
Ohm telah diperoleh nilai hambatan pada
tiga kali percobaan sebesar (2,33±0.06)101 W, (2,00±0.06)101
W, dan (1,70±0,06)101 W. Berdasarkan hasil tersebut hukum Ohm berlaku bahwa
I~V.
Pada rangkaian seri
telah diperoleh nilai hambatan R tiga kali percobaan menggunakan persamaan 4
sebesar (2,33±0.06)101 W, (2,00±0.06)101 W, dan (1,70±0,06)101 W. Hasil tersebut masih berbeda dengan menggunakan persamaan R = R1+R2, keculi
pada percobaan tiga saja yang hasinya sama. Pada masing-masing percobaan harga
R secara berurutan sebesar 22,4 W; 19,09 W; 17 W.
Pada rangkaian paralel
sebanyak tiga kali percobaan telah diperoleh nilai hambatan sebesar (0,484±0,012)101 W, (0,619±0.020)101 W, dan (0,500±0,023)101 W, hasil tersebut juga msih
berbeda dengan perhitungan menggunakan persamaan
Yaitu pada masing-masing
percobaan sebesar 7,14 W; 8,12 W; 6,66 W.
Hal tersebut juga dikarenakan pada percobaan rangkaian seri ataupun paralel
terjadi ketidaktelitian dalam membaca alat ukur. Dan kemungkinan kerja
ampermeter ataupun voltmeter yang tidak stabil akibat kabel yang tidak
berfungsi dengan baik.
Dalam rangkaian seri dan rangkaian paralel
ini, nyala lampu pada rangkaian paralel lebih terang dibandingkan rangkaian
seri. Hal tersebut dikarenakan hambatan pada rangkaian paralel lebih kecil
dibandinkan rangkaian seri. Pada rangkaian seri, seri arus yang mengalir pada
hambatan lebih kecil dibandingkan tegangan sehingga mengakibatkan hambatan
semakin besar. Sedangkan pada rangkaian paralel, tegangannya lebih kecil yang
dialiri arus yang besar sehingga hambatannya semakin kecil.
UCAPAN TERIMAKASIH
Saya
mengucapkan terimakasih kepada asisten praktikum Hambatan Jenis Kawat yaitu
Hayatul Mu’awwanah yang memberikan bimbingan saat melalukan praktikum. Serta
kepada teman-teman satu kelompok yang telah bekerja sama dengan baik dalam
menyelesaikan percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kanginan, Marthen. 2007. Serba
Pena Fisika untuk SMA/MA kelas X. Jakarta : Erlangga.
[2]
Istiyono,edi.2004. Sains Fisika untuk kelas X. Klaten: PT.intan pariwara.
[3] Giancoli, Dougles. 2001. Fisika
Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga
[4] Sutrisno. 1979. Fisika Dasar Jilid
II. Bandung : ITB.
[5] Halliday, Resnick. Dasar-Dasar
Fisika Versi Diperluas Jilid 2. Tangerang : BINARUPA AKSARA Publisher
[6] Kanginan, Marthen. 2006. Fisika
untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
[7] Tim Dosen Pendidikan Fisika. 2015.
Modul Praktikum Fisika Dasar II. Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar