Jumat, 15 Mei 2015

Hukum Ohm & Rangkaian Seri-Paralel (LM2)



Hukum Ohm & Rangkaian Seri-Paralel
(LM2)

Desy Novitasari., M. Hifni Fansi., Abidatul Khairiyah., Rivca Anissa., Ramona Ariani., Hayatul Mu’awwanah
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ipa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat
Jl.
Brigjend Hasan Basri Komplek Kayu Tangi Dua Jalur Utama Ujung Kost Diana, Banjarmasin 70124 Indonesia
e-mail:
desy.sarinovita@gmail.com

AbstrakPercobaan hukum Ohm & Rangkaian Seri-Paralel untuk mengukur besarnya tahanan dari suatu hambatan (lampu) dengan menerapkan hukum Ohm dan memahami perbedaan rangkaian seri dan paralel, serta mengukur besarnya nilai suatu tahanan yang dirangkai seri dan paralel. Metodenya adalah mengukur arus dan tegangan. kegiatan I diperoleh hambatan sebesar {(2,33±0.06)101 W, (2,00±0.06)101 W, (1,70±0,06)101 W} sehingga I~V. Rangkaian seri {(2,33±0.06)101 W, (2,00±0.06)101 W, dan (1,70±0,06)101 W}, berbeda dengan teoritisnya menggunakan persamaan R = R1+R2 sebesar (22,4 W; 19,09 W; 17 W). Rangkaian paralel {(0,484±0,012)101 W, (0,619±0.020)101 W}, (0,500±0,023)101 W}, menggunakan persaman

Siperoleh sebesar (7,14 W; 8,12 W; 6,66 W). Perbedaan hasil terjadi karena ketidaktelitian saat percobaan. Dan benar bahwa nyala lampu pada rangkaian paralel lebih terang dibandingkan pada rangkaian seri.
                Kata KunciHukum Ohm, rangkaian Seri, rangkaian paralel, arus, tegangan.


I.                    PENDAHULUAN

D
alam kehidupan sehari-hari kita kebanyakan mengunakan peralatan listrik untuk beraktivitas. Biasanya pada peralatan rumah tangga seperti kulkas, TV, setrika listrik, lampu dan sebagainya. Dalam pemakaian, arus listrik yang mengalir mempunyai harga konstan. Hal tersebut berarti rapat arusnya juga tetap, dan selanjutnya kecepatan rata-rata pembawa muatan besarnya juga tetap. pengukuran besarnya nilai suatu tahanan dapat dilakukan dengan menggunakan penerapan hukum Ohm dengan rangkaian suatu hambatan dan juga dengan rangkaian seri dan paralel. Untuk memahami penggunaan metode ini maka dilakukan percobaan hukum Ohm dan rangkaian Seri dan Paralel.
                Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat di ambil rumusan masalah senagai berikut “Bagaimana hubungan arus dan tegangan terhadap nyala lampu, dan bagaimana nyala lampu, serta arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel ?”
                Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu mengukur besarnya tahanan dari suatu hambatan (lampu) dengan menerapkan hukum Ohm dan memahami perbedaan rangkaian seri dan paralel, serta mengukur besarnya nilai suatu tahanan yang dirangkai seri dan paralel.

II.                  KAJIAN TEORI

    Arus listrik didefinisikan sebaga aliran partikel-partikel bermuatan listrik positif yang mengalir dari titik berpotensial tinggi ketitik berpotensial rendah. didalam penghantar kawat,sesungguhnya elektronlah yang bergerak dari titik berpotensi rendah ketitik berpotensi tinggi. Jadi,arah arus listrik berlawanan dengan arah arus listrik. Besaran fisika yang menyalakan kuantitas arus listrik adalah kuat arus listrik (simbol I), yang didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik positif Q yang mengalir melalui penambang seutas kawat penghantar persatuan waktu.
     Berdasarkan kemampuan penghantar arus listrik, bahan dibagi 4 kelompok:
1.                   Konduktor,yaitu kelompok yang mudah menghantar arus listrik karena memiliki hambatan listrik rendah.
2.                   Isolator,yaitu kelompok yang sanagat sukar menghantarkan arus listrik atau tidak dapat dilalui oleh arus pada tegangan rendah.
3.                   Semi konduktor, yaitu kelompok bahan yang berada diantara konduktor dan isolator,dan digunakan sebagai penyerah (rectifler),yaitu komponen listrik yang arus listrik hanya mengalir dalam satu arah.
4.                   Superkonduktor, adalah konduktor ideal yaitu konduktor yang hambatan listriknya nyaris nol.[1]
     Ada dua jenis muatan listrik, yaitu muatan negatif dan muatan positif.muatan negatif adalah muatan yang sejenis dengan muatan ebonit yang digosok dengan kain wol,sedangkan muatan positif adalah muatan yang sejenis dengan muatan kaca yang digosok dengan sutra. Pada pengukuran kuat araus ampermeter dirangkai seri secara garis besar ada dua macam alat untuk mengekur kuat arus yaitu ampermeter analog dan ampermeter digital.[2]
      Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkainan dibutuhkan beda potensial V yang diberikan ke ujung-ujung :
I~V
 Sebagai contoh, jika kita menghubungkan  kawat kebaterai 6V, aliran arus akan dua kali lipat dibandingkan jika dihubungkan kebaterai 3V.
      Besarnya aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan yang diberikan kawat terhadap aliran elektron. Makin tinggi hambatan  maka makin kecil arus untuk suatu tegangan V. Kemudian mendefinisikan hambatan sehingga arus berbanding terbalik dengan hambatan diatas, kita dapatkan:

         ..............................(1)

Dimana R =hambatan kawat,V adalah beda potensial yang melintasi alat tersebut,dan I adalah arus yang mengalir pada alat tersebut,dan I adalah arus yang mengaliir padanya.Hubungan sering dikenal sebagai hukum ohm dan dituliskan.[3]
         ..............................(2)

      Besaran R disebut hambatan atau resistansi. Satuan resisistansi ialah VA-1 dan disebut ohm, dan seringkali dinyatakan dengan huruf Yunani Omega, yaitu W. Harga hambatan yang sering digunakan ialah 1 kilo ohm = 1 k W = 1 K = 1000 W dan 1 mega ohm = 1 M W = 1 m= 1 Mega = 106 W.
Dalam rangkaian listrik banyak digunakan resistor, yaitu suatu komponen yang diuat agar mempunyai harga resistensi tertentu.

Harga resistivitas beberapa macam bahan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Resistivitas pada temperatur kamar
konduktor
(ohm-meter)
Isolator
(Ohm-meter)
Alumunium
2,63 × 10-8
Gelas
1010 - - - 1014
Karbon
3500 × 10-8
Mika
1011 - - - 1015
Tembaga
1,72 × 10-8
Kwarsa
1018
Perak
1,47 × 10-8
kayu
108 - - - 1011
Wolfram
5,51 × 10-8
Bahan dengan resistivitas antara logam dan Isolator disebut Semi konduktor.
Grafik persamaan 1 dapat dilukiskan seperti pada gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Grafik bahan bersifat Ohmik. Grafik i (v) adalah linear.


Dalam persamaan 1 harga R tak tergantung pada i, sehingga grafik i (v) bersifat linear. Bahan dengan sifat seperti ini dikatakan bersifat Ohmik.
Pada harga arus yang besar temperatur bahan menjadi tinggi, dan resistansi bahan menjadi bergantung pada arus.
Grafik i (v) tidak linear lagi, dan bahan tak lagi bersifat Ohmik. Aliran listrik dalam gas menyala, tidak bersifat Ohmik. Hukum Ohukum Ohm,  tidak berlaku disini.
Sebelum menggunakan hukum Ohm, telitilah lebih dahulu apakah bahan bersifat Ohmik. Bila tidak, hukum Ohm tak berlaku.[4]
Hukum Ohm adalah pernyataan yang tegas bahwa arus yang melalui suatu alat selalu berbanding lurus terhadap beda potensial yang diaplikasikan pada alat tersebut.[5]
Faktorfaktor yang mempengaruhi hambatan seutas kawat  listrik.
1)       Jenis Jalan (jalan barbatu dengan jalan beraspal. Jenis jalan (jan is jalan bahan kawat) ditampilkan oleh besaran hambatan jenis kawat (r). Makin besar hamabatan jenis kawat, maka makin besar hambatan listriknya.
2)       Panjang jalan (L), maka besar (panjang) kawat, makin besar juga hambatan listriknya.
3)       Luas jalan (A) atau luas penampang kawat. Makin besar penampang kawat, makin kecil hambatan listriknya.[6]
                Bila arus listrik mengalir dalam suatu rangkaian yang hanya terdiri dari satu sumber tegangan dan satu hambatan, menurut hukum Ohm yang berlaku  :

                   .......................(3.1)

Dimana : V = tegangan antara titik A dan B
                 I = arus listrik yang melewati titik AB
                            R = Hambatan AB

Gambar 2. Rangkaian Hukum Ohm

                Bila arus yang masuk ke dalam rangakaian diketahui dan tegangan yang melewati hambatan dapat diukur. Maka nilai hambatan bisa hitung dengan persamaan dari hukum Ohm di atas. Rangkaian hukum Ohm yang sangat sederhana, hanya terdiri dari satu hambatan, tetapi bila didalam rangkaian terdiri atas lebih dari suatu hambatan yang disusun antara titik a dan b membentuk hanya satu titik lintasan antara kedua titik maka rangkaian hambatan disebut rangkaian seri. Bila hanya ada satu titik lintasan, maka araus yang mengalir sama besarnya untuk masing-masing hambatan  di dalam rangkaian tersebut.
Gambar 3. Rangkaian Seri dari dua Hambatan



Pada rangkaian seri berlaku :

       ..........................(3.1)

Dengan menggunakan hukum Ohm diperoleh bahwa :

      .........................(3.3)

Hambatan-hambatan akan dikatakan paralel bila masing-masing hambatan mempunyai lintasan alternatif antara titik a dan b. Dalam rangkaian paralel beda tegangan pada masing-masing hambatan sama besarnya.

Gambar 4. Rangkaian paralel dari Dua Hamabatan

Pada rangkaian paralel berlaku

         ................(3.4)

Sedangkan arus yang mengalir pada hambatan adalah


        ....................(3.5)


Sehingga diperoleh[7]



              .......................(3.5)

III.               METODE PERCOBAAN

Pada percobaan Hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel ini diperlukan peralatan seperti 2 buah lampu dengan tegangan 3,8 volt, 2 buah tempat lampu, sebuah sumber tegangan DC, 2 buah ampermeter DC (0-5A), 2 buah voltmeter DC (0-10V), 12 buah kabel penghubung, dan sebuah tahanan geser.

Gambar 5.1. Peralatan Percobaan
Adapun rumusan hipotesis dari percobaan kali ini arus yang mengalir  selalu berbanding lurus terhadap beda potensial dan jika tegangan diperbesar dan kuat arus diperkecil maka hambatannya semakin besar.

Pada percobaan kali ini meliputi tiga kegiatan dimana pada masing-masing kegiatan terdiri dari tiga kali percobaan. Adapun identifikasi dan defininsi operasional variabel percobaan ini sebagai berikut.

v     Pada kegiatan I yaitu rangkaian satu hambatan atau penerapan hukum Ohm. Variabel manipulasi yang digunakan ialah tahanan geser, yaitu dengan mengubah-ubah tahanan geser sehingga diperoleh arus dan tegangan yang berbeda. Variabel kontrolnya adalah lampu, tempat lampu, ampermeter, voltmeter, tahanan geser, sumber tegangan dan kabel penghubung, yaitu selama percobaan menggunakan lampu 3,8 volt, tempat lampu, ampermeter DC (0-5A), voltmeter (0-10V), tahanan geser, sumber tegangan sebesar 3 volt dan 6 buah kabel penghubung yang sama. Dan variabel yang direspon adalah kuat arus I dan tegangan V, yaitu mengukur kuat arus menggunakan ampermeter dan tegangan menggunakan voltmeter.

v     Pada kegiatan II yaitu rangkaian seri. Variabel manipulasi yang digunakan ialah tahanan geser, yaitu dengan mengubah-ubah tahanan geser sehingga diperoleh arus dan tegangan yang berbeda. Variabel kontrolnya adalah lampu, tempat lampu, ampermeter, voltmeter, tahanan geser, sumber tegangan dan kabel penghubung, yaitu selama percobaan menggunakan lampu 3,8 volt, tempat lampu, ampermeter DC (0-5A), voltmeter DC (0-10V), tahanan geser, sumber tegangan sebesar 6 volt dan 12 buah kabel penghubung yang sama. Dan variabel yang direspon adalah  tegangan V, V1, V2, dan kuat arus I, yaitu mengukur tegangan terbagi V, serta mengukur tegangan V1 dan V2, dan mengukur kuat arus I.

v     Pada kegiatan III taitu rangkaian paralel. Variabel manipulasi yang digunakan ialah tahanan geser, yaitu dengan mengubah-ubah tahanan geser sehingga diperoleh arus dan tegangan yang berbeda. Variabel kontrolnya adalah lampu, tempat lampu, ampermeter, voltmeter, tahanan geser, sumber tegangan dan kabel penghubung, yaitu selama percobaan menggunakan lampu 3,8 volt, tempat lampu, ampermeter DC (0-5A), voltmeter DC (0-10V), tahanan geser, sumber tegangan sebesar 6 volt dan 12 buah kabel penghubung yang sama. Dan variabel yang direspon adalah  kuat arus I, I1, I2, dan kuat tegangan V, yaitu mengukur arus terbagi I, serta mengukur kuat arus I1 dan I2, dan mengukur tegangan V.

Adapun prosedur kerja dalam percobaan kali ini sebagai berikut.
Ø      Pada kegiatan I menggunakan rangkaian satu hambatan atau hukum Ohm. Pertama-tama merangkai peralatan seperti pada gambar 5.2. kemudian menghubungi pembimbing untuk memriksa rangkaian tersebut.

Gambar 5.2. rangkaian hukum Ohm

Jika rangkaian sudah benar, nyalakan power supplay pada tegangan 3 volt. Kemudian mencatat nilai tegangan pada voltmeter dan nilai arus pada ampermeter pada tabel 1. Selanjutnya, mengubah tahanan geser agar diperoleh nilai tegangan dan arus yang berbeda-beda (dalam percobaan kali ini dilakukan sebanyak tiga kali). Dari data nilai tegangan dan arus yang telah diperoleh, selanjutnya membuat grafik hubungan antara V terhadap I, kemudian menghitung nilai tahanan beserta ralatnya dengan analisis grafik.
Ø  Pada kegiatan II menggunakan rangkaian seri. Pertama-tama merangkai peralatan seperti pada gambar 5.3. menghubungi pembimbing untuk memeriksa rangkaian.
Gambar 5.3. rangkaian Seri

Jika rangkaian sudah benar, menyalakan power supplay dengan tegangan 6 volt. Kemudian, mencatat nilai arus I dan tegangan V, V1, dan V2  yang terbaca pada alat ukur ampermeter dan voltmeter  tersebut, pada tabel 2. Selanjutnya, mengubah tahanan geser agar diperoleh nilai tegangan dan arus yang berbeda-beda (dalam percobaan kali ini dilakukan sebanyak tiga kali). Dari data nilai tegangan dan arus yang telah diperoleh, selanjutnya membuat grafik hubungan antara V terhadap I, kemudian menghitung nilai tahanan beserta ralatnya dari hambatan 1 dan 2.
Ø  Pada kegiatan III rangkaian paralel. Pertama-tama merangkai peralatan seperti pada gambar 5.4. menghubungi pembimbing untuk memeriksa rangkaian.

Gambar 5.4. rangkaian Paralel

Jika rangkaian sudah benar, menyalakan power supplay dengan tegangan 6 volt. Kemudian, mencatat nilai arus I, I1, dan I2, serta tegangan V yang terbaca pada alat ukur ampermeter dan voltmeter tersebut, pada tabel  3. Selanjutnya, mengubah tahanan geser agar diperoleh nilai tegangan dan arus yang berbeda-beda (dalam percobaan kali ini dilakukan sebanyak tiga kali). Dari data nilai tegangan dan arus yang telah diperoleh, selanjutnya membuat grafik hubungan antara V terhadap I, kemudian menghitung nilai tahanan beserta ralatnya dari hambatan 1 dan 2.
                Setelah diperoleh hasil pada setiap percobaan, menghitung hambatan menggunakan persamaan berikut.

                   .........................(4)
Dengan rambat ralatnya


       ..........................(5)


IV.                 ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan hukum Ohm & rangkaian seri dan paralel untuk mengukur nilai suatu tahanan. Ketika pada percobaan hukum Ohm menggunakan sumber tegangan sebesar 3,8 volt dan pada percobaan rangkaian seri dan paralel sumber tegangannya sebesar 6 volt. Sehingga diperoleh data percobaan sebagai berikut.

Tabel 1. Rangkaian satu hambatan (Hukum Ohm)
PERCOBAAN KE-
(V±0,05) VOLT
(I±0,005) AMPERE
1
2,40
0,220
2
1,60
0,200
3
0,80
0,120

Tabel 2. Rangkaian Seri
NO
(V±0,05) V
(V1±0,05) V
(V2±0,05) V
(I±0,005) A
1
5,60
2,80
2,60
0,240
2
4,40
2,20
2,00
0,220
3
3,40
1,80
1,60
0,200

Tabel 3. Rangkaian Paralel
NO
(V±0,05) V
(I1±0,005) A
(I2±0,005) A
(I±0,005) A
1
3,00
0,320
0,100
0,620
2
2,60
0,240
0,080
0,420
3
1,60
0,180
0,060
0,320

Berdasarkan data hasil percobaan tersebut, akan diperoleh nilai suatu hambatan pada masing-masing rangkaian denggan menggunakan persamaan 4 dengan ralatnya menggunakan persamaan 5. Pada kegiatan I yaitu rangkaian satu hambatan, dapat dilihat rangkaiannya pada gambar 5.2. Sumber tegangan yang digunakan pada percobaan dalam kegiatan ini sebesar 3 volt, telah diperoleh nilai tahan R pada percobaan pertama sebesar (1,090±0.046)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 4,26% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 95,74%. Pada percobaan kedua telah diperoleh nilai R sebesar (0,800±0.045)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 5,6% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 94,4%. Dan Pada percobaan ketiga telah diperoleh nilai R sebesar (0,66±0.06)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 10,4% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 89,6%. Jika hasil pengukuran tegangan dan kuat arus dari nilai tahan tiga kali percobaan tersebut dihubungkan menggunakan grafik akan tampak seperti dibawah ini.

Dari grafik tersebut dapat dilihat hubungan antara tegangan terhadap kuat arus, bahwa arus listrik berbanding lurus dengan beda potensial (tegangan) , secara matematis dituliskan
I~V
Semakin besar arus listrik, maka tegangan juga akan semakin besar, dan jika arus listrik diperbesar dan tegangan diperkecil maka hambatannya akan semakin kecil. Karena hambatan berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan kuat arus. Sehingga nyala lampu pada percobaan ini dari percobaan pertama yang mulanya terang, sampai pada percobaan kedua dan ketiga yang semakin meredup ketika hambatannya semakin kecil.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hukum ohm berlaku pada percobaan kali ini. Meskipun demikian, percobaan pada kegiatan I ini masih belum sempurna, dapat dilihat dari kesalahan  relatif yang diperoleh dari nilai hambatan R pada percobaan ketiga yang  lebih dari 10%, hal tersebut dikarenakan ketidaktelitian dalam membaca alat ukur ataupun kondisi alat yang kurang baik lagi.
                Pada kegiatan II yaitu menggunakan Rangkaian Seri, dapat dilihat dari gambar 5.3. dengan sumber tegangan sebesar 6 volt, telah diperoleh nilai tahan R pada percobaan pertama sebesar (2,33±0.06)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 3% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 97%. Pada percobaan kedua telah diperoleh nilai R sebesar (2,00±0.06)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 3,41% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 96,59%. Dan Pada percobaan ketiga telah diperoleh nilai R sebesar (1,70±0,06)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 4% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 96%. Ketiga nilai tersebut merupakan nilai hambatan R terbagi, sedangkan nilai hambatan R teoritisnya yang diperoleh melalui persamaan
R = R1+R2 pada ketiga percobaan secara berurutan masing-masing sebesar 22,4 W; 19,09 W; 17 W. Dapat dilihat bahwa hasil perhitungan secara teoritis masih berbeda dengan percobaan, kecuali pada percobaan 3 saja yang nilainya sama. seharusnya nilai hambatan dari kedua persamaan tersebut pada masing-masing percobaan itu sama. Hal tersebut dikarenakan kurang telitinya dalam mengukur skala pada ampermeter ataupun voltmeter.
                Pada kegiatan III yaitu menggunakan Rangkaian Paralel, dapat dilihat dari gambar 5.4. sumber tegangan yang digunakan sebesar 6 volt, telah diperoleh nilai tahan R pada percobaan pertama sebesar (0,484±0,012)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 2,48% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 97,52%. Pada percobaan kedua telah diperoleh nilai R sebesar (0,619±0.020)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 3,2% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 96,,8%. Dan Pada percobaan ketiga telah diperoleh nilai R sebesar (0,500±0,023)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 4,68% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 95,32%. Hasil tersebut merupakan nilai hambatan R terbagi atau berdasarkan percobaan. Sedangkan nilai hambatan R total  atau R teoritisnya yang diperoleh melalui persamaan berikut.
Telah diperoleh nilai teoritisnya dari ketiga percobaan secara berurutan masing-masing adalah sebesar 7,14 W; 8,12 W; 6,66 W. Perbedaan hasil antara kedua percobaan ini juga dikarenakan ketidaktelitian dalam mengukur kuat arus pada ampermeter dan tegangan pada voltmeter.
                Kemungkinan perbedaan nilai dari persamaan teoritis dengan persamaan percobaan pada rangkaian seri ataupun rangkaian paralel ini juga dipengaruhi kerja ampermeter ataupun voltmeter yang menjadi kurang stabil, karena saat dilakukan percobaan ada beberapa kabek yang tidak berfungsi sehingga saat dinyalakan sumber tegangan lampu tidak menyala, sementara itu ampermeter dan voltmeter telah bekerja. Dan kemudian sumber tegangan dimatikan kembali untuk mengganti kabel yang tidak berfungsi.
Bardasarkan percobaan yang telah dilakukan nyala lampu pada ketiga kegiatan tersebut, masih belum sesuai dengan teori bahwa semakin kecil hambatan maka nyala lampu akan semakin terang, pada percobaan yang telah dilakukan nyala lampu pada hambatan yang besar lebih terang dibandingkan pada yala lampu pada hambatan yang kecil. Kemungkinan kesalahan praktikum ini terjadi karena kondisi alat tahanan geser yang bekerja dengan kurang baik, serta kurang telitinya dalam membaca alat ukur.
                Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh antara rangkaian seri dan paralel, pada rangkaian seri hambatan R yang terbagi sangat besar dibandingkan hambatan R yang terbagi pada rangkaian paralel. Hal tersebut dikarenakan pada rangkaian seri, kuat arus I tidak hanya mengaliri arus pada tegangan V saja, tetapi juga mengaliri arus pada tegangan V1 dan V2, sehingga arus yang mengalir sedikit yang menyebabkan hambatannya semakin besar. Oleh karena itu, pada rangkaian seri nyala lampu lebih redup. Sedangkan pada rangkaian paralel, banyaknya arus I hanya mengaliri arus pada tegangan V saja, selain itu juga hambatan juga dialiri oleh arus I1 dan I2  sehingga arusnya semakin besar dan nilai hambatan semakin kecil yang menyebabkan nyala lampu lebih terang dibandingkan pada rangkaian seri.


V. SIMPULAN

                Pada percobaan rangkaian satu hambatan atau Hukum Ohm telah diperoleh nilai hambatan  pada tiga kali percobaan sebesar (2,33±0.06)101 W, (2,00±0.06)101 W, dan (1,70±0,06)101 W. Berdasarkan hasil tersebut hukum Ohm berlaku bahwa I~V.
                Pada rangkaian seri telah diperoleh nilai hambatan R tiga kali percobaan menggunakan persamaan 4 sebesar (2,33±0.06)101 W, (2,00±0.06)101 W, dan (1,70±0,06)101 W. Hasil tersebut masih berbeda dengan menggunakan persamaan R = R1+R2, keculi pada percobaan tiga saja yang hasinya sama. Pada masing-masing percobaan harga R  secara berurutan sebesar 22,4 W; 19,09 W; 17 W.
                Pada rangkaian paralel sebanyak tiga kali percobaan telah diperoleh nilai hambatan sebesar (0,484±0,012)101 W, (0,619±0.020)101 W, dan (0,500±0,023)101 W, hasil tersebut juga msih berbeda dengan perhitungan menggunakan persamaan
Yaitu pada masing-masing percobaan sebesar 7,14 W; 8,12 W; 6,66 W.
Hal tersebut juga dikarenakan pada percobaan rangkaian seri ataupun paralel terjadi ketidaktelitian dalam membaca alat ukur. Dan kemungkinan kerja ampermeter ataupun voltmeter yang tidak stabil akibat kabel yang tidak berfungsi dengan baik.
                 Dalam rangkaian seri dan rangkaian paralel ini, nyala lampu pada rangkaian paralel lebih terang dibandingkan rangkaian seri. Hal tersebut dikarenakan hambatan pada rangkaian paralel lebih kecil dibandinkan rangkaian seri. Pada rangkaian seri, seri arus yang mengalir pada hambatan lebih kecil dibandingkan tegangan sehingga mengakibatkan hambatan semakin besar. Sedangkan pada rangkaian paralel, tegangannya lebih kecil yang dialiri arus yang besar sehingga hambatannya semakin kecil.

UCAPAN TERIMAKASIH

     Saya mengucapkan terimakasih kepada asisten praktikum Hambatan Jenis Kawat yaitu Hayatul Mu’awwanah yang memberikan bimbingan saat melalukan praktikum. Serta kepada teman-teman satu kelompok yang telah bekerja sama dengan baik dalam menyelesaikan percobaan ini.



DAFTAR PUSTAKA

[1]   Kanginan, Marthen. 2007. Serba Pena  Fisika untuk SMA/MA  kelas X. Jakarta : Erlangga.
[2]            Istiyono,edi.2004. Sains Fisika untuk kelas X. Klaten: PT.intan pariwara.
[3]   Giancoli, Dougles. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga
[4]   Sutrisno. 1979. Fisika Dasar Jilid II. Bandung : ITB.
[5]   Halliday, Resnick. Dasar-Dasar Fisika Versi Diperluas Jilid 2. Tangerang : BINARUPA AKSARA Publisher
[6]   Kanginan, Marthen. 2006. Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
[7]   Tim Dosen Pendidikan Fisika. 2015. Modul Praktikum Fisika Dasar II. Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat








                                                 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar